Gajah Kembali Ngamuk, Aktivis Muratara Minta Pemkab Cepat Ambil Langkah Strategis

Reporter : Faldy

MURATARA, Mattanews.co – Masyarakat Kabupaten Muratara pada Selasa (12/05/2020) lalu, sempat dihebohkan dengan insiden gajah liar yang mengamuk, di wilayah kecamatan Nibung, Kabupaten Muratara. Akibat dari kejadian itu, satu orang korban jiwa seorang petani di Desa Bumi Makmur tewas diinjak hewan liar tersebut.

Eeng Saputra S.P salah satu pemuda asal Muratara angkat bicara mengenai hal ini, dalam rilis yang disampaikannya di redaksi Mattanews.co, mengatakan bahwa pemerintah daerah Musi Rawas Utara (Muratara) tidak serius dalam menangani gajah liar tersebut, sehingga pada Selasa (26/05/2020) gajah tersebut masih berkeliaran dan kembali mengamuk di kawasan PT. BSS (Perkebunan Kelapa Sawit) yang berada di Desa Biaro Lama dan sekitarnya, menyebabkan kehawatiran para Pekerja asal Desa Biaro Lama untuk proaktiv bekerja.

“Saya selaku pemuda Muratara meminta agar pemerintah daerah segera mengambil langkah strategis, dalam menanggulangi satwa gajah liar tersebut agar Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) segera Menangkapnya dan dikembalikan kehabitatnya,” terang Eeng.

“Sehingga tidak ada lagi masyarakat yang menjadi korban untuk kedua kalinya,” imbuhnya.

Di beberapa wilayah Indonesia, dijelaskan Eeng, konflik manusia dengan satwa liar kerap terjadi terutama di desa-desa yang berbatasan langsung dengan hutan. Konflik tersebut terjadi akibat perubahan hutan menjadi kawasan produktif seperti pemukiman, pertanian, perkebunan, dan industri kehutanan. Hal itu menyebabkan berkurangnya kantung populasi dan mempersempit luasan area jelajah satwa liar.

Konflik juga terjadi akibat perburuan berlebihan terhadap satwa mangsa harimau, serta sistem peternakan tanpa pengandangan sehingga satwa dalam area konservasi mendatangi pemukiman.

“Kecamatan Nibung , Rawas Ilir dan desa Biaro lama misalnya hutan yang ada telah menjadi perkebunan kelapa sawit baik itu PT. BSS maupun PT. Agro sehingga gajah tersebut keluar ke pemukiman penduduk,
Konflik satwa cukup kompleks, karena melibatkan keselamatan warga di sekitar perbatasan serta eksistensi hewan yang dilindungi,” ulasnya.

“Provinsi Aceh misalnya, memiliki data konflik satwa dengan tiga hewan critically endangered (terancam punah) yaitu gajah Sumatera, harimau Sumatera, dan orangutan Sumatera,” tutupnya.(ril)

Editor : Fly

Bagikan :

Pos terkait