MATTANEWS.CO, SUMSEL – Tol Trans Sumatera menjadi solusi bagi infrastruktur untuk daya saing dan kemandirian ekonomi masyarakat. Pembangunan infrastruktur ini terbentang luas dari Aceh hingga Lampung dan sudah dimulai sejak 2013 ditandai dengan pengerjaan ruas tol Medan-Binjai. Bahkan Pemerintah telah melakukan percepatan pembangunan ruas jalan Tol Trans Sumatera dengan memberikan penugasan kepada PT Hutama Karya.
Sampai saat ini, pembangunan ruas jalan tol terus dikebut mengingat peruntukkannya sangat penting demi menghubungkan semua daratan di Pulau Sumatera. Tol Trans Sumatera sendiri memiliki 24 ruas jalan yang secara total panjangnya mencapai sekitar 2.704 kilometer dan ditarget akan bisa dioperasikan pada 2024 mendatang. Apalagi Tol Trans Sumatera sendiri sudah dinyatakan sebagai proyek strategis nasional (PSN).
Namun bukan hanya menghubungkan infrastruktur, tol ini juga ditarget dapat membantu dalam pemulihan ekonomi masyarakat di tengah pandemi Covid-19 yang terjadi secara global saat ini. Untuk itu, Hutama Karya tidak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur, namun juga menggerakkan perekonomian masyarakat melalui program padat karya.
Program padat karya ini sendiri memaksimalkan penyerapan tenaga kerja lokal untuk digerakkan membantu pembangunan ruas jalan tol itu sendiri. Berdasar hasil pemantauan media ini saat melihat progres pembangunan salah satu ruas jalan Tol Trans Sumatera di ruas Indralaya-Prabumulih (Indraprabu), program padat karya sudah sejak lama diterapkan.
Tercatat sejak 2020, Hutama Karya sudah menggunakan padat karya untuk membantu pembangunan ruas jalan tol sepanjang 65 kilometer itu. Di tahun 2020 ada sekitar seribu tenaga kerja yang diserap untuk program padat karya tersebut, dan di 2021 ini sudah lebih dari 750 orang yang diserap untuk program tersebut. Dan jumlahnya masih akan terus meningkat mengingat sampai saat ini pengerjaan proyek masih dilakukan.
Program ini menjadi sangat berarti bagi masyarakat yang tinggal di sekitar proyek karena bisa memanfaatkan jasa dan kemampuan mereka, sekaligus memperbaiki kondisi perekonomiannya. Apalagi di masa pandemi ini, berbagai cobaan dialami masyarakat, bahkan tidak sedikit dari masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan.
Contohnya bagi Ahmad Basuki, 42 tahun, warga Kelurahan Tanjung Raja Kecamatan Tanjung Raja, Ogan Ilir. Ia merupakan sopir angkot di Tanjung Raja yang sejak pandemi terpaksa kehilangan pekerjaan lantaran sepi penumpang angkutan saat pandemi terjadi. Ia mendapat informasi adanya pembukaan program padat karya, dan tidak berpikir dua kali untuk segera bergabung dengan program tersebut.
“Pandemi ini sangat berdampak besar, saya alih profesi karena di pekerjaan lama sangat tidak bisa membantu perekonomian keluarga. Saya pahami saya tidak memiliki kemampuan khusus, tapi saya mau bekerja di lapangan. Dan alhamdulillah program padat karya ini sangat menolong keluarga kami dengan penghasilan yang didapat,” ujar Basuki.
Dalam program itu, Basuki bertugas di STA 0 Tol Indraprabu yang berada di Kecamatan Indralaya. Ia bertugas dalam membantu pembangunan kawasan perkantoran terpadu proyek tol Indralaya-Prabumulih.
“Di tahun pertama, bantu pembangunan kawasan perkantoran. Mulai dari pembangunan kantor, hingga pembuatan siring atau saluran drainase). Kemudian ditugaskan untuk membantu meratakan cor-an bangunan tol dan saluran drainase di sekitar proyek tol,” ucapnya.
Dengan bergabungnya di program padat karya itu, ia mengaku telah mendapat penghasilan yang cukup dan dapat menghidupi keluarganya. Sama halnya dengan Septian, 38 tahun, warga Kelurahan Timbangan, Kecamatan Indralaya, Ogan Ilir. Semula ia merupakan buruh bangunan proyek rumah komersial yang juga terdampak pandemi Covid-19.
Sejak pandemi, tempat ia bekerja mengalami masalah keuangan sehingga mau tidak mau ada pengurangan pekerjaan dan Septian salah satu yang harus kehilangan pekerjaannya. Dengan adanya lowongan padat karya, ia langsung ikut serta.
“Program bangun jalan tol itu benar-benar punya efek luar biasa, kami seperti tertimpa durian runtuh. Di masa susah seperti ini ada pekerjaan yang dapat kami ikuti berbekal tenaga saja. Ini sangat membantu kami yang sedang kesusahan,” terang Septian.
Project Director Jalan Tol Indralaya-Prabumulih, Hasan Turcahyo mengatakan, pembangunan ruas jalan tol Indralaya-Prabumulih yang merupakan bagian dari Tol Trans Sumatra sudah berjalan sesuai dengan target yang ditetapkan. Pihaknya saat ini sedang fokus membangun ruas tol Indralaya-Prabumulih yang dibagi dalam enam zona, namun secara keseluruhan progresnya sudah cukup tinggi yakni 29,5 persen dengan total panjang 65 kilometer.
“Kita mulai melakukan pengerjaan fisik tol pada 3 Juli 2020. Sejak awal pembangunan, kita sudah melibatkan masyarakat melalui program padat karya. Jadi masyarakat diajak untuk ikut serta dalam membangun jalan tol dengan pekerjaan yang sederhana,” ucap Hasan.
Diakuinya, masyarakat atau tenaga kerja lokal yang terdampak pandemi Covid-19 diberdayakan dalam program tersebut. Meski tanpa keahlian atau kemampuan khusus, masyarakat bisa bergabung dan membantu pengerjaan jalan tol untuk kegiatan non teknis.
“Kita persiapkan alatnya, mereka hanya tinggal mengerjakan saja. Pekerjaannya juga sederhana, kita menggerakkan mereka (masyarakat) untuk kegiatan yang tidak menggunakan mesin. Contohnya seperti penggalian drainase, merapikan hasil cor-an, merapikan tanggul, menanam berbagai tanaman di sekitar tol, pemotongan besi bangunan, pembangunan pagar pembatas di sekitar tol, dan sebagainya.
“Pekerjaan mereka masih terbilang sederhana, kita tidak memberikan tugas berat. Semua masyarakat yang masuk dalam program padat karya ini ditempatkan di semua zona. Di tol ini ada enam zona, dan mereka dibagi-bagi sesuai dengan pekerjaan di lapangan,” ungkapnya.
Bahkan pembangunan kantor terpadu Tol Indraprabu pun menggunakan tenaga masyarakat melalui program padat karya. “Kita berikan kesempatan kepada masyarakat sekitar untuk berperan dalam pembangunan tol ini,” ucapnya.
Jumlah masyarakat yang ikut program padat karya pun cukup banyak. Jumlahnya terus bertambah sesuai dengan pekerjaan di lapangan. Diakuinya, dalam program padat karya ini semua usia bisa ikut, mulai dari 20 tahun hingga 48 tahun. “Jadi memang tidak ada batasan usia. Asal mampu dan bisa bekerja dengan baik tentunya bisa ikut dalam program ini. Padat karya ini memang diutamakan demi membantu kesejahteraan masyarakat yang terdampak pandemi,” ujar Hasan.
Bahkan untuk jam kerja, dalam program padat karya ini sifatnya fleksibel. “Mereka cukup bekerja enam hari dan akan mendapat upah diatas UMR (upah minimul regional). Pembayaran upahnya juga dilakukan per minggu. Jadi memang padat karya ini rata-rata diberikan kepada masyarakat yang kehilangan pekerjaan sejak pandemi. Selain memberikan upah, kita juga membekali mereka dengan asuransi,” pungkasnya.