Masih teringat masa-masa sewaktu duduk dibangku sekolah khususnya sekolah menengah pertama yang berjarak 16 KM dari rumah dan hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Pulang sekolah, saya selalu menyempatkan diri menyadap pohon karet yang hasilnya untuk membayar biaya SPP, sebelum membantu Ibu berladang.
“Setelah lulus SMP, saya hijrah ke Palembang melanjutkan pendidikan SMA bermodal semangat dan memulai perjuangan hidup lebih berat lagi, dimana barus bekerja serabutan untuk menyambung hidup dan membiayai pendidikan,” kenang Firli.
Sepulang sekolah, berjualan spidol yang saya beli seharga Rp 25 selusin di Pasar Cinde, lalu dijual kembali dengan seharga Rp 50 selusin di Taman Ria Sriwijaya Palembang. Alhamdulillah, dalam semalam bisa menjual 6 lusin spidol dan bisa membawa uang Rp 150.
“Selain jualan spidol, saya juga ikut berjualan kue hingga mencari upah dengan mencuci mobil untuk bertahan hidup dan meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,” ungkap mantan Kapolda Sumatera Selatan ini.