BERITA TERKINI

Masih Ada Lautan Sampah, Pantaskah Palembang Terima Adipura

×

Masih Ada Lautan Sampah, Pantaskah Palembang Terima Adipura

Sebarkan artikel ini

Reporter : Anang

PALEMBANG, Mattanews.co – Lautan sampah di anak Sungai Musi ini menjadi pemandangan sehari-hari para warga di sekitar Jalan Sungai Tawar 1 RT 11 Kelurahan 29 Ilir Palembang sangat bertentangan dengan apa yang baru saja diraih oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang dengan berhasil mendapatkan Piala Adipura melalui Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ke Wali Kota (Wako) Palembang Harnojoyo pada hari Senin (14/01/2019) silam.

Tak pelak, dengan adanya lautan sampah itu jelas ada aroma tak sedap meski memang warga setempat telah terbiasa.

Dikatakan Yeni, yang merupakan salah satu warga setempat, pemandangan sampah baginya beserta keluarga adalah hal biasa, bahkan tak mengurangi nafsu makan mereka karena memang telah lama bertempat tinggal disana dengan membayar sewa ratusan ribu per bulannya. Ia mengaku sejak menghuni rumah kontrakannya dua tahun lalu harus beradaptasi dengan sampah rumah tangga yang menghiasi depan rumahnya.
“Dari awal pindah sampai sekarang, lautan sampah di depan rumah sudah ada. Setiap hari mencium bau busuk sampah, tapi mau bagaimana lagi, kondisinya memang seperti ini,” ujarnya dilansir dari Liputan6.com, Rabu (16/01/2019) lalu.
Jika musim penghujan tiba, Yeni bersama suaminya dan para tetangga harus bersiap untuk membersihkan rumah. Luapan air sungai ditambah sampah-sampah akan masuk hingga ke dalam rumahnya.
Beberapa kali DKK Palembang sering membersihkan lautan sampah di depan rumahnya. Namun, sampah lainnya kembali datang dan menumpuk. Saluran Sungai Tawar yang tidak mengalir, membuat sampah semakin bertambah jika airnya surut.
Tidak hanya bau busuk menyengat yang dirasakannya setiap hari. Yeni sekeluarga sering mengalami gangguan pencernaan dan gatal di kulitnya, karena paparan air kumuh yang terkontaminasi sampah.
“Kalau air PAM mati, kami terpaksa menggunakan air sungai yang agak bersih di bawah jembatan, untuk mencuci pakaian dan perabot dapur,” katanya sambil menunjuk arah Jembatan Sungai Tawar 1.
Meskipun terbilang kumuh dan reot, rumah kayu yang dikontraknya ini terbilang cukup mahal yaitu Rp 500.000 sebulan. Harga yang tidak sesuai dengan kondisi rumah itu, sudah termasuk biaya air PAM sebulan.
Yeni dan suami terpaksa menempati pemukiman kumuh ini, karena mereka tidak mendapatkan rumah lainnya. Dia harus betah tinggal di rumah kumuh ini, meskipun ancaman penyakit parah lainnya bisa menganggu kesehatan keluarganya.
Kebiasaan membuang sampah hingga menjadi lautan sampah di depan rumahnya, tidak hanya dilakoni oleh warga sekitar saja. Namun banyak warga dari daerah lain sengaja membuang sampah ke  Sungai Tawar.
“Hampir setiap hari, warga kawasan lain berhenti di jembatan dan melempar kantong sampah ke sungai. Ada juga sampah yang dari aliran sungai yang bermuara kesini. Jadi bukan sampah dari warga sini saja,” ujarnya.
Meski demikian, lautan sampah di Sungai Tawar Palembang ternyata menjadi ladang rezeki bagi Marno, yang sehari-hari beraktivitas memungut sampah. Dengan memikul karung besar, mata Marno melirik ke bawah jembatan, untuk mencari sampah yang bisa diambilnya.
“Disini setiap hari sampah bertumpuk, tidak pernah berkurang. Kadang sudah berminggu-minggu, sampah ini mengendap di sini,” katanya.
Pria bertubuh kurus ini pun sudah hafal dengan aroma busuk lautan sampah di Sungai Tawar Palembang. Apalagi dia sering mengambil sampah plastik di yang menggenang di atas sungai, meskipun sampah itu sudah berhari-hari terendam.

Seperti diketahui sebelumnya, Walikota Palembang Harnojoyo menerima Piala Adipura kategori Metropolitan. Penghargaan ini sendiri diberikan ke Kota yang dinilai berhasil dalam pengelolaan kebersihan serta lingkungan perkotaan.

Piala Adipura yang didapat ke-12 kalinya, kali ini tidak dirayakan dengan arak-arakan. Wako Palembang menginginkan perayaan penghargaan ini dilakukan secara sederhana. Dia menargetkan bisa mengalahkan Surabaya untuk merebut Piala Adipura Kencana.

“Terakhir kita dapat Piala Adipura Kencana tahun 2014, sedangkan Surabaya berturut-turut dapat piala tersebut,” kata Harno.

Orang nomor satu di Palembang ini berharap Piala Adipura bisa menjadi motivasi serta tekad kedepan seluruh jajaran terkait, untuk bisa mengalahkan Surabaya.

Editor : Anang/Liputan6.com