MATTANEWS.CO, PALEMBANG – Ikan Belida merupakan endemik asal Indonesia yang habitatnya di Sumatra, Kalimantan, dan Pulau Jawa yang habitatnya di air tawar. Namun saat ini, ikan belida sudah termasuk hewan langka dan diambang kepunahan, bahkan sudah menjadi hewan dilindungi di Tanah Air. Sebab minimnya penangkaran ikan belida, sementara hewan ini banyak dicari orang untuk diperjualbelikan. Termasuk di Kota Palembang, Sumatra Selatan. Meski sudah beragam upaya dilakukan pemerintah daerah untuk menjaga kelestarian ikan belida di Palembang, namun nyatanya belum begitu member hasil yang memuaskan.
Wakil Walikota Palembang, Fitrianti Agustinda menyebutkan, budidaya ikan belida sulit dilakukan, karena memang faktor dalam pembudidayaannya cukup mahal. “Karena itu, kami terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan juga meminta peranan dari stakeholder ataupun perusahaan yang ada di Sumsel untuk membantu dalam mendukung budidaya ikan belida,” jelasnya, belum lama ini.
Selaras dengan itu, PT Kilang Pertamina Internasional Unit Plaju kini konsetrasi dalam upaya menjaga kelestarian ikan belida di Kota Palembang. Menggandeng Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan Palembang serta Batalyon Arhanud 12/Satria Bhuana Prakasa, KPI Unit Plaju menjalankan tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) atau corporate social responsibility (CSR) SELASIH (Selamatkan Belida dan Ikan Lokal untuk Sumatra Selatan Mandiri Sejahtera).
Pertamina memulai program ini pada November 2020. Karena konsentrasi dalam pelestarian endemik yang dilindungi inilah juga yang membawa KPI Unit Plaju menerima prestasi berupa Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) terkait penyelematan plasma nutfah ikan belida pada September 2021 lalu.
Area Communication, Relations, and CSR RU III Plaju, Siti Rachmi Indahsari mengatakan, pihaknya memulai upaya pembudidayaan ikan belida ini dengan melakukan riset dan uji coba pada awal 2021 di Mariana, Banyuasin, Sumatra Selatan. Di area sekitar 2,5 hektar itu, ada sebanyak 124 ekor ikan belida yang berhasil dilepaskan untuk dibudidayakan secara khusus.
“Kami tidak bisa sendiri dalam upaya mewujudkan program ini, karenanya kami menggandeng pihak-pihak yang berkompetensi dibidangnya,” ucap Rachmi.
Ia menyebutkan, dalam pembudidayaan ikan belida itu tidaklah gampang. Sebab diperlukan tangan-tangan terampil dan mumpuni dalam mengolah pembudidayaan ikan khas tersebut. Ikan belida bukan ikan yang mudah dilepasliarkan di alam bebas, karena pemangsa cukup banyak sehingga akan menghambat pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan tersebut, apalagi di sungai.
Untuk itu, pembudidayaan ikan belida memerlukan kolam yang khusus. Sejak awal dimulainya budidaya ikan belida, ratusan anak ikan yang dilepas ke dalam kolam khusus memiliki bobot sekitar 2-3 gram. Di dalam kolam itu membutuhkan waktu 4-5 bulan agar ikan ini dapat menjadi dewasa dan kembali bertelur.
“Jadi memang ikan-ikan ini belum bisa langsung dilepas ke sungai, karena dinilai belum mampu beradaptasi secara bebas. Karenanya Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan Palembang membudidayakan di kolam khusus itu agar bisa bertelur dan menetas,” ucapnya.
Rachmi menyebutkan, pihaknya sangat optimistis pembudidayaan ikan belida ini akan berhasil. Karena dengan budidaya ikan ini, diyakini dapat mencegah ikan ini menjadi langka. “Kita tidak ingin ikan ini punah dan langka. Karena itu, kami komitmen untuk dapat membantu dalam proses budidaya ikan belida,” ucapnya.
Namun Rachmi mengklaim memang untuk mewujudkan hal itu tidak bisa cepat, melainkan butuh waktu yang panjang. “Bisa 3,4 atau 10 tahun kedepan untuk mewujudkan ini. Namun kita harus memulai sejak sekarang,” ujarnya.
Peneliti Muda Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan Palembang, Ike Trismawanti mengaku dengan adanya campur tangan dan kepedulian Pertamian terhadap pelestarian ikan belida ini memberikan angin segar bagi pihaknya. Sebab, dukungan seperti ini sangat dibutuhkan dalam mengembangbiakkan dan budidaya ikan belida yang sudah terancam punah.
“Kami sangat mengapresiasi atas adanya perhatian istimewa dalam pengembangan dan kelestarian ikan belida dari Pertamina. Kedepannya pemberdayaan masyarakat akan dibantu penyuluh perikanan dan berharap dapat diaplikasikan kepada masyarakat,” ucapnya.
Melalui program SELASIH, terdapat tiga komoditas ikan yang di domestikasi yaitu Ikan Belida (Chitala lopis), Baung (Hemibagrus nemurus) dan Tembakang (Heletoma temminckii) yang dikembangbiakan di Instalasi BRPPUPP yang berada di Mariana, Kabupaten Banyuasin.
Ia menjelaskan, berdasarkan Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999 tentang jenis ikan yang dilindungi serta berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No.1 tahun 2021 menjadi salah satu dari 19 jenis ikan dilindungi penuh. Ikan ikonik Kota Palembang ini mengalami terancam punah akibat tekanan tangkapan yang tinggi serta rusaknya habitat.
Pada awal tahun 2021 terdapat ratusan benih ikan belida, 4.000 benih ikan tembakang, dan 300 benih ikan baung yang berhasil dikembangbiakan. Pelatihan telah dilakukan perdana kepada masyarakat pada akhir tahun 2020 lalu. Ike menjelaskan, dalam pembudidayaan ikan belida tidak mudah, butuh ketelatenan dan kesabaran.
“Jika tidak mulai dilakukan budidaya ikan belida saat ini, mungkin nanti kita tidak bisa lihat lagi ikan ini. Jadi jangan sampai baru memulai saat sudah punah. Budidaya ikan belida ini agak sulit. Ikan belida ini sangat sensitif, luka sedikit bisa langsung mati, karenanya penanganannya pun harus dilakukan ekstra hati-hati,” ucapnya.
Untuk bisa memulai budidaya ikan belida, pihaknya harus memastikan kondisi tempat hidup yang akan menjadi habitat ikan tersebut. “Konservasi PH-nya adalah netral 7 keatas. Di Mariana ini, ada seluas 2,5 hektar area yang dapat digunakan. Setiap kolam dapat terhubung langsung ke Sungai Musi,” ucapnya.
Pihaknya melakukan sampling selama dua bulan sekali. Larva yang dipanen dari kolam butuh waktu 7-8 hari, penetasan telur 3-4 hari, pemeliharaan larva di akuarium sekitar 34 hari. “Kita pastikan dulu PH nya 7-8, dengan suhu 30-31 derajat celcius,” kata dia.
Setelah berhasil melakukan penelitian, pihaknya pun melakukan sosialisasi dan mendampingi pelatihan kepada kelompok binaan yang ada di Palembang. Termasuk melatih prajurit Batalyon Arhanud 12/SBP untuk budidaya ikan belida tersebut.
Pertamina Gandeng TNI
Batalyon Arhanud 12/Satria Bhuana Prakasa pun mulai melakukan budidaya ikan belida. Budidaya ini dikelola Kelompok Pembudidaya Ikan Melati yang merupakan gabungan bersama Persatuan Istri Tentara Batalyon Arhanud 12/SBP. Komandan Yon Arhanud 12/SBP, Letkol Arhanud Rimba Anwar mengatakan pembudidayaan ikan belida yang merupakan ikan langka khas Palembang ini tidak terlepas dari Pertamina RU III Plaju dan juga Balai Riset Perikanan Perairan Darat di Sumsel.
“Alhamdulillah, saya mengucapkan terimakasih kepada Pertamina karena sudah memberikan kesempatan kepada Arhanud 12/SBP berupa CSR (corporate social responsibility) budidaya ikan belida. Sebagaimana kita ketahui ikan ini adalah ikan langka, dan Batalyon ini mendapat kesempatan langka untuk memelihara dan mengembangbiakkan ikan belida ini,” kata dia.
Ia berharap, di Batalyon ini ikan belida ini dapat berkembang biak dengan sempurna. “Harapan kita kedepannya selain bisa mengembangbiakkan ikan belida ini dan menjadi inspirasi tentang cara mengembangbiakkan baik dalam lingkup satuan, atau bisa dikembangbiakkan secara mandiri oleh semua prajurit Batalyon Arhanud 12/SBP,” jelasnya.
Batalyon ini diketahui sudah melakukan pengembangbiakkan ikan sebagai komitmen TNI dalam kedaulatan pangan di Tanah Air. Komitmen ini mulai difokuskan dan digalakkan sejak awal Januari 2021 lalu.
Diapresiasi Pusat
Direktur Operasi PT KPI Yulian Dekri pun mengapreasi atas pencapaian MURI yang diterima RU III karena sudah menjalankan program CSR terkait pembudidayaan ikan belida. Yulian Dekri mengatakan bahwa Pertamina dalam hal ini PT KPI selain berorientasi pada profit, juga memiliki keinginan untuk berkontribusi memberi manfaat kepada masyarakat melalui CSR.
“Tentu dalam operasionalnya PT KPI tidak hanya menghasilkan profit, tapi juga berkeinginan berkontribusi kepada masyarakat melalui CSR,” kata dia.
Program CSR yang digagas diharapkan dapat bermanfaat bagi lingkungan dan pengembangan masyarakat dan terasa dampaknya. Ia berharap dukungan berbagai stakeholder termasuk pemerintah setempat agar dapat mencapai cita-cita besar berupa kebermanfaatan yang dapat dirasakan secara sustain. (Ardhi Fitriansyah)












