Kupatan Syawal 1443 H di Kepatihan, Wabup Tulungagung Sebut Filosofi Kupat

Wakil Bupati Tulungagung H. Gatut Sunu Wibowo, S.E., didampingi Istri dalam kupatan syawal masyarakat Kelurahan Kepatihan Gang VII, Kamis (26/5) Foto: Ferry Kaligis/mattanews.co

MATTANEWS.CO,TULUNGAGUNG – Wakil Bupati Tulungagung H. Gatut Sunu Wibowo, S.E., memaknai kupatan ini merupakan sebuah tradisi warisan budaya leluhur yang bertahan hingga sekarang ini yang biasanya dilakukan setelah seminggu hari raya Idul Fitri.

Gatut Sunu Wibowo mengatakan, tradisi kupatan bukan hanya sekedar sebuah seremonial belaka, namun demikian memiliki filosofis tersendiri.

Adapun kata kupat berasal dari bahasa Jawa yakni Ngaku lepat (Mengakui kesalahan.red) yang memilki arti sebagai insan manusia biasa pasti tidak lepas dari kesalahan antar sesama.

Adapun janur atau daun kelapa yang digunakan untuk membungkus ketupat memiliki kepanjangan kata Jatining Nur yang artinya hati nurani. Sedangkan beras yang dimasukkan kedalam anyaman ketupat itu bisa diartikan sebagai nafsu dunia.

Hal ini disampaikan usai membuka kupatan syawal masyarakat Gang VII Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Tulungagung Kota, Kabupaten Tulungagung, Kamis (26/5/2022) Malam.

“Kupatan syawal masyarakat Kelurahan Kepatihan Gang VII secara resmi saya nyatakan dibuka dan dimulai,” kata Wabup Gatut Sunu Wibowo dalam sambutannya.

Bagikan :

Pos terkait