MATTANEWS.CO, PALEMBANG – Pagi itu (24/11/2023) saat jarum jam menunjukkan pukul 07.20 WIB, terlihat seorang wanita dewasa baru saja masuk ke stasiun LRT (light rail transit) Asrama Haji.
Namanya adalah Nia F Jaya (31), warga jalan Harun Sohar Kebun Bunga, Kecamatan Sukarami, Palembang.
Dia tampak tenang, tak seperti kebanyakan orang sibuk dan terburu-buru saat hendak naik moda transportasi massal.
Wajahnya terlihat segar meski ditutup masker. Rambutnya yang terurai dan sedikit basah sesekali dikibaskan dengan ujung jarinya. Wanita berkemeja pendek warna biru dan celana panjang hitam itu mendekati petugas LRT di pintu pengecekan tiket.
Seketika dia merogoh kantong di celananya dan mengeluarkan kartu elektronik dengan cepat lalu menyerahkan kepada petugas. “Nanti kereta datang jam 8.38, silahkan tunggu dulu di kursi bagian sana,” kata petugas LRT sembari menunjukkan lokasi kursi tunggu penumpang.
Dia pun duduk di lokasi yang sudah ditunjuk sembari meletakkan tas selempang di kursi. Kemudian salah satu petugas meminta penumpang untuk naik ke lantai atas dan bersiap menunggu kedatangan kereta.
Sekitar 5 menit, kereta datang dengan suara yang cukup nyaring. Wanita itu pun duduk di salah satu kursi yang masih kosong. “Kalau hari kerja memang tidak begitu ramai. Beda dengan weekend,” kata wanita itu memulai pembicaraan.
Dia hampir setiap hari menggunakan moda transportasi LRT. Namun juga ada beberapa waktu seperti saat weekend seminimalmungkin ia memilih naik LRT lantaran selalu ramai dan penuh.
“Sudah lebih dari satu tahun saya memilih LRT untuk pergi dan pulang kerja. Karena kebetulan rumah saya di dekat Asrama Haji ini dan saya kerja di salah satu toko oleh-oleh Haji dan Umroh di kawasan Pasar 16 Ilir. Jadi memang lebih dekat dengan stasiun LRT,” katanya.
Hari itu, Nia naik LRT pukul 07.38 WIB dan akan tiba di stasiun Ampera pukul 08.03.
“Saya santai karena memang jam masuk kerja saya pukul 08.30-16.30 WIB jadi tidak terburu-buru ke tempat kerja,” jelasnya.
Lagi pula, biaya yang dikeluarkan cenderung lebih hemat jika naik LRT dibanding kendaraaan lain. Hanya Rp 5.000 per satu kali perjalanan.
“Saya dulu pakai ojek online atau kadang diantar orang tua. Namun setahun yang lalu saya terasa buka mata bahwa naik LRT lebih nyaman dibanding yang lain,” kata dia.
Alasannya, LRT lebih nyaman karena bebas gerah dan tak perlu sampai mengeluarkan keringat berlebih sebab mulai dari stasiun hingga gerbong kereta full AC. Kemudian ia tak perlu merasakan macet, seperti jika membawa kendaraan sendiri.
“Kalau bawa kendaraan sendiri kan harus berjuang macet-macetan di jalan raya. Beda dengan LRT bebas macet dan sesuai waktu tiba di stasiun tujuan,” kata dia.
Manager Humas PT KAI Divre III Palembang, Aida Suryanti, mengatakan LRT sudah menjadi salah satu moda transportasi pilihan masyarakat Palembang. Bukan hanya lebih nyaman, namun rute perjalanannya berada di posisi strategis yang biasa dikunjungi orang banyak.
Menariknya lagi, jadwal keberangkatan LRT sudah bertambah dari 88 perjalanan menjadi 94 perjalanan setiap harinya. Sepanjang tahun 2023, LRT Sumsel dijadwalkan berangkat mulai dari pukul 05.06-20.43 WIB dengan jarak antar kereta (headway) 17 menit.
Aida menerangkan keberangkatan pertama LRT Palembang dimulai dari stasiun DJKA pada pukul 05.05 WIB dan tiba di Stasiun Bandara pada pukul 05.55 WIB. Sedangkan keberangkatan terakhir adalah dari stasiun Bandara pukul 19.55 WIB dan tiba di stasiun DJKA pada pukul 20.43 WIB.
“LRT ini melintasi 13 stasiun dengan 94 perjalanan setiap hari. Adapun stasiun-stasiun tersebut adalah DJKA, Jakabaring, Polrestabes, Ampera, Cinde, Dishub, Bumi Sriwijaya, Demang, Garuda Dempo, RSUD Sumsel, Punti Kayu, Asrama Haji, dan Bandara SMB II. Adapun waktu tempuh terjauh dari Stasiun Bandara ke DJKA hanya 49 menit,” kata dia.
Aida Suryanti menjelaskan dinamika operasional LRT Sumsel ini mendorong PT KAI dan BPKRSS (Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan) untuk terus meningkatkan pelayanan.
Setelah mengalami dampak pandemi COVID-19 selama dua tahun, pada pertengahan tahun 2022 situasi mulai membaik, dan penggunaan LRT Palembang pun meningkat.
Selama tahun 2022, rata-rata jumlah penumpang harian bahkan mencapai 8.460 orang dengan total penumpang sebanyak 3.087.760 orang. Angka ini mencerminkan peningkatan sebesar 184,4 persen dibandingkan dengan target yang ditetapkan.
Sejarah LRT Sumsel
LRT Sumsel dibangun pada tahun 2015, diinisiasi oleh Gubernur Sumsel saat itu, Alex Noerdin. Pembangunan LRT Sumsel untuk mendukung persiapan Asian Games pada Agustus 2018, sebab Palembang menjadi salah satu tuan rumah gelaran olahraga tersebut.
Proses pembangunan prasarana selesai dikerjakan pada Februari 2018. Uji coba dilakukan pada Mei 2018, dan dioperasikan secara penuh pada 1 Agustus 2018 untuk Asian Games.
LRT ini memiliki jalur sepanjang 23,4 kilometer. Sebagian besar merupakan jalur layang. LRT Palembang merupakan proyek dengan skema penugasan BUMN melalui Peraturan Presiden No. 116 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan di Provinsi Sumatera Selatan pada Oktober 2015.
Total anggaran yang dikeluarkan negara untuk pembangunan infrastruktur tersebut mencapai Rp 10,9 triliun. Seluruhnya menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan pembayaran multiyears selama empat tahun sampai 2020.
Dilengkapi Feeder LRT
Untuk meningkatkan penggunaan LRT Sumsel, pemerintah Indonesia menyediakan layanan feeder LRT atau angkutan pengumpan di beberapa stasiun LRT Sumsel. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sudah seringkali datang ke Palembang untuk mengecek fasilitas dan perkembangan layanan angkutan massal tersebut.
Budi juga terus mendorong optimalisasi layanan fedeer LRT, yang akan hadir di wilayah yang belum terlayani. “Kami akan melakukan rerouting (menata ulang rute) angkutan feeder LRT. Kita upayakan layanan feeder akan hadir di tiga tempat yang sebelumnya tidak dilayani yaitu di Plaju, Sekip dan Bumi Sriwijaya. Titik-titik itu merupakan yang konsentrasi penduduknya banyak,” ucap Budi belum lama ini.
Menurutnya, rute feeder akan terus ditingkatkan pelayanannya. “Sekarang ini feeder itu relatif terlalu jauh, sehingga waktu tempuh dari satu titik ke titik lain terlalu lama. Oleh karenanya kita akan membuat feeder-feeder ini fokus untuk mengoptimalkan pelayanan LRT. Nanti rutenya bisa bertambah, tetapi juga bisa menghilangkan rute yang tidak maksimal,” jelasnya.
Dia menambahkan, Palembang merupakan kota yang memiliki angkutan umum massal yang lengkap, sehingga ia ingin masyarakatnya sehari-hari menggunakan angkutan umum massal dan meninggalkan kendaraan pribadi.
Sementara itu Pj Gubernur Sumsel Agus Fatoni menyatakan masyarakat Sumsel perlu bersyukur pemerintah baik pusat maupun daerah memberikan atensi terhadap pembangunan transportasi ini. Sebab hal itu memudahkan masyarakat melakukan aktivitas dan juga mendorong perekonomian yang ada di Sumsel.
Ia pun turut mengajak masyarakat Sumsel untuk menggunakan angkutan umum. “Mari kita satukan langkah kita untuk mewujudkan transportasi publik lebih baik yang Alhamdulillah didukung oleh pemerintah pusat, dan kita harus melakukan kegiatan-kegiatan dengan mengutamakan dengan transportasi publik yang telah dibangun,” pungkasnya. (Ardhy Fitriansyah)














