MATTANEWS.CO, KEPRI – Pelayanan kesehatan di RSUD Raja Ahmad Tabib (RAT) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), rumah sakit rujukan utama daerah, berada di ujung tanduk. Fasilitas vital di rumah sakit dilaporkan sangat memprihatinkan, dengan masalah paling mendesak adalah rusaknya sistem pendingin udara (AC) sentral yang telah berlangsung selama kurang lebih tiga minggu.
Kondisi gerah dan panas ekstrem di ruang perawatan, khususnya ruang rawat inap dan ICU, dikhawatirkan dapat memperlambat proses pemulihan pasien dan mengancam keselamatan mereka.
Jeritan Pasien dan Desakan Keras Aktivis
Keluhan dari pasien dan keluarga pasien terus mengalir deras. Mereka terpaksa menggunakan kipas angin portabel seadanya di tengah suhu ruangan yang tinggi, sebuah ironi bagi fasilitas kesehatan modern.
Aktivis dari organisasi Cindai, Samiun, menyatakan kekecewaannya yang mendalam dan menuding adanya kelalaian manajemen rumah sakit yang serius.
”Sudah tiga minggu!. Ini bukan hitungan hari. Rusaknya AC selama ini di rumah sakit rujukan provinsi adalah bencana pelayanan. Bagaimana pasien bisa pulih jika mereka terus-terusan kepanasan? Ini adalah pelanggaran terhadap hak dasar pasien untuk mendapatkan lingkungan perawatan yang memadai,” tegas Samiun kepada awak media hari ini.
Samiun mendesak agar Direktur RSUD RAT segera memberikan penjelasan yang transparan dan tindakan konkret, bukan hanya janji perbaikan.
Pers Menuntut Keterbukaan dan Pertanggungjawaban
Sorotan tajam juga datang dari kalangan jurnalis. Fauzan, Ketua DPD AKPERSI (Asosiasi Keluarga Pers Indonesia) Provinsi Kepri, mengecam kebisuan pihak terkait.
”Kami sangat menyayangkan kondisi ini. Fasilitas rumah sakit yang buruk menunjukkan rendahnya prioritas Pemerintah Daerah terhadap sektor kesehatan masyarakat. Lebih memprihatinkan lagi, hingga hari ini, tidak ada tanggapan resmi baik dari pihak manajemen RSUD Raja Ahmad Tabib maupun dari Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau,” kecam Fauzan.
Fauzan menekankan bahwa kebisuan ini menimbulkan kecurigaan publik mengenai tata kelola anggaran pemeliharaan.
”Sebagai institusi publik yang dibiayai negara, mereka wajib menjelaskan mengapa aset vital ini bisa rusak begitu lama. Kami menuntut pertanggungjawaban dan transparansi total. Jika kondisi ini dibiarkan, kami khawatir mutu layanan kesehatan di Kepri akan terus merosot,” tutup Fauzan, menandaskan bahwa AKPERSI akan terus mengawal isu ini.
Hingga berita ini diturunkan, upaya konfirmasi dan permintaan tanggapan resmi kepada Direktur RSUD Raja Ahmad Tabib dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepri belum mendapatkan respons. Pasien dan masyarakat kini menanti langkah cepat dan nyata dari Pemprov Kepri untuk mengatasi krisis fasilitas yang mengancam nyawa ini.(*)














