MATTANEWS.CO, PALEMBANG – Pagi yang hangat menyelimuti kawasan Plaju, Palembang. Di pinggir jalan yang mulai ramai oleh lalu-lalang pekerja kilang minyak dan pedagang kecil, sebuah warung kopi sederhana menjadi tempat persinggahan warga sebelum beraktivitas. Aroma kopi tubruk bercampur gorengan hangat memenuhi udara, menghadirkan keakraban khas kota tepian Musi.
Di sudut warung, seorang ibu muda tampak asyik menatap layar ponselnya. Dengan jarinya yang masih berbalur tepung sisa menyiapkan sarapan, ia membuka aplikasi bank daerah yang baru diunduh semalam. Sesekali matanya berbinar ketika membaca keterangan tentang produk asuransi kesehatan yang bisa didapat hanya dengan beberapa kali sentuhan layar. Murah, mudah, dan yang terpenting memberi rasa aman bagi keluarganya.
Tak jauh dari sana, di lapangan kecil dekat jalur hijau Plaju, sekumpulan remaja baru saja menuntaskan kegiatan gowes bersama komunitas sepeda. Sambil melepas lelah, salah seorang panitia membagikan kartu kecil berisi informasi tentang proteksi kecelakaan satu bulan yang disediakan oleh penyelenggara acara, hasil kolaborasi dengan perusahaan asuransi.
“Lumayan, kalau jatuh setidaknya ada perlindungan,” celetuk seorang peserta sambil tertawa kecil, disambut anggukan teman-temannya, Minggu (21/9/2025).
Adegan-adegan sederhana itu ibu muda dengan gawainya di warung kopi, remaja dengan kartu proteksi di tangan barangkali tampak sepele. Namun justru di situlah denyut perubahan terasa. Asuransi, yang dulu dianggap sebagai produk rumit dan hanya untuk kalangan tertentu, kini mulai hadir dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Plaju.
Di balik perubahan kecil ini, ada gerakan besar yang terus digelorakan Indonesia Financial Group (IFG) dan anak perusahaannya. Melalui kerja sama dengan bank daerah, penyelenggara komunitas, hingga edukasi literasi keuangan, IFG ingin menegaskan satu pesan: asuransi bukanlah barang mewah, melainkan hak dan kebutuhan setiap orang dari pinggir jalan Plaju hingga pusat kota Jakarta.
Komitmen itu tercermin jelas saat IFG Life menggandeng Bank Sulselbar pada Desember 2024 di Jakarta.
“Kami baru saja selesai melakukan penandatanganan kerja sama referensi dengan Bank Sulselbar. Selain ekspansi bisnis yang baik bagi IFG Life dan peningkatan pelayanan nasabah dari sisi Bank Sulselbar, ini juga sebagai upaya IFG Life untuk terus menyediakan perlindungan di setiap tahap kehidupan masyarakat,” ujar Fabiola Noralita, Direktur Bisnis Individu IFG Life (4 Desember 2024, Jakarta).
Bahkan pada momentum Hari Konsumen Nasional, April 2024, Fabiola kembali menegaskan arah perusahaan.
“Menyambut Hari Konsumen Nasional ini, menjadi momen bagi IFG Life untuk memperkuat komitmen bagi para konsumen. Konsumen yang terlindung keuangannya dan semakin paham akan pentingnya proteksi merupakan tujuan dan harapan kami untuk industri asuransi di Indonesia,” katanya (20 April 2024, Jakarta).
Dukungan terhadap literasi dan inklusi asuransi ini bukan hanya menjadi domain anak usaha. Sang induk, Indonesia Financial Group, melalui berbagai forum resmi juga menyampaikan pandangan serupa. Dalam Konferensi Nasional IFG Progress di Jakarta, Mei 2023, Hexana Tri Sasongko, Direktur Utama IFG, menegaskan:
“Industri asuransi dan dana pensiun memiliki peran lebih dari sekadar penyedia jasa keuangan; melainkan penyangga kritis ekonomi, khususnya dalam menghadapi tantangan yang tak terduga dan seringkali monumental. … Dengan pentingnya peran industri asuransi dan dana pensiun, sudah seharusnya seluruh pihak, mulai dari pemangku kebijakan hingga masyarakat, memiliki kesadaran dan literasi yang baik terhadap industri asuransi dan dana pensiun.”
Nada yang sama juga datang dari Robertus Billitea, Direktur Utama IFG, saat membuka IFG International Conference 2022 di Jakarta.
“IFG sebagai holding BUMN dibentuk oleh pemerintah untuk berkontribusi dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional melalui pengembangan industri keuangan non-bank khususnya bidang asuransi, penjaminan, dan investasi,” tegasnya.
Bagi masyarakat Plaju, mungkin ucapan para pejabat di panggung besar itu terdengar jauh. Namun dalam keseharian, wujud nyatanya justru hadir dalam bentuk sederhana: aplikasi bank yang menawarkan perlindungan kesehatan, kartu kecil proteksi untuk pesepeda, atau bahkan edukasi lewat acara komunitas. Dari skala nasional hingga sudut warung kopi, inklusi asuransi perlahan menjelma nyata—menggeser pandangan bahwa proteksi finansial adalah kemewahan, menjadi kebutuhan sehari-hari yang terjangkau.
Dan seperti pagi di Plaju itu, masa depan perlindungan keuangan Indonesia tengah diseduh pelan-pelan: hangat, dekat, dan bisa dinikmati siapa saja.
Dampak yang bisa diukur dan celah yang masih ada
Di sisi angka, IFG Life menampilkan capaian signifikan: situs resminya menyebut angka peserta dan nilai klaim yang besar sebagai bukti manfaat proteksi. Namun data agregat nasional menunjukkan pekerjaan besar masih menunggu: peningkatan literasi tak selalu berbanding lurus dengan peningkatan inklusi. Itu menandakan perlunya solusi multifaset—produk yang disesuaikan dengan daya bayar masyarakat, kanal distribusi alternatif, serta standardisasi proses klaim yang transparan.
Cerita kecil, makna besar
Kembali ke meja warung kopi: si ibu muda itu mungkin baru memahami bahwa proteksi bukan sekadar membeli produk, melainkan membeli kepastian bagi anaknya saat sakit. Remaja yang ikut event gowes menjadi contoh lain: proteksi satu bulan yang diperoleh lewat pendaftaran acara memberi pengalaman nyata bahwa asuransi itu memberi nilai langsung, bukan janji yang jauh. Rangkaian pengalaman mikro ini, ketika dikumpulkan, berpotensi mengubah persepsi populasi—dengan catatan, akses harus terus dipermudah dan klaim tetap terpercaya.
Menatap masa depan: rekomendasi singkat dari arah program IFG
Berdasarkan inisiatif yang sudah berjalan, ada beberapa jalur yang layak diperkuat:
Melanjutkan dan memperluas integrasi digital (seperti OnebyIFG).
Menyusun produk mikro yang lebih variatif dan terjangkau.
Kolaborasi yang lebih intens dengan pemerintah daerah, BUMD, dan komunitas.
Mengukur dampak program literasi dengan indikator inklusi jangka menengah.
Penutup
Meningkatkan inklusi asuransi di Indonesia adalah maraton, bukan sprint. IFG, melalui jaringan holding, langkah digital, kemitraan lokal, dan program edukasi, sedang membangun lintasan yang lebih rata agar lebih banyak orang dapat menyeberang ke sisi proteksi finansial. Tantangannya nyata—data nasional mengingatkan kita soal jurang antara pengetahuan dan tindakan—tetapi cerita-cerita kecil di lapangan menunjukkan jalan keluarnya: jika akses, relevansi produk, dan kepercayaan disatukan, proteksi bisa menjadi bagian biasa dari perencanaan hidup masyarakat Indonesia.














