MATTANEWS.CO, PALEMBANG – Merasa terganggu dan terdampak aktifitas lalu lintas kapal tongkang pengangkut batubara, ratusan massa yang tergabung dalam Gerakan Pemuda Mahasiswa Sumatera Selatan (GAASS) cegat tongkang batubara yang melintas di Perairan Sungai Musi, Jumat (6/9/2024).
Ratusan massa ini rela menaiki perahu getek atau perahu mesin untuk mengelar aksi di Perairan Sungai Musi, sekitar Jembatan Ampera, Palembang.
Dengan di kawal ketat pihak Kepolisian pada hari Kamis Sore (5/9/2024) sekitar jam 16.00 WIB, aksi unjuk rasa cukup menegangkan, namun berakhir dengan aman dan kondusif, bersandar menuju Stockpile Batubara PTBA.
Koordinator Lapangan GAASS, Andi Leo menyampaikan, aktivitas stockpile berupa crushing dan loading batubara selama ini sudah menimbulkan debu, sehingga menyerang pemukiman warga. Akibat hal tersebut, dapat membahayakan kesehatan masyarakat.
Selain itu, warga juga terdampak dari debu serta lingkungannya yang rusak, seperti air menjadi kotor tercemar, polusi udara, serta nelayan yang penghasilan ikan pun menyusut di sekitaran Sungai Musi.
“Satu tongkang batubara yang lewat nilainya berkisar Rp20 Miliar, namun hal itu tidak sebanding dengan kerusakan. Bukan hanya di Sungai Musi, yang menjadi korban kerusakan alam seperti banjir, longsor dan lainnya, semua itu dampak dari pengerukan batubara, telah juga terjadi di beberapa kabupaten di Provinsi Sumsel,” ujar Andi Leo kepada wartawan.
Beberapa perusahaan batubara yang mengangkut batubara ini tidak lain PT RMK Energi, PT Bukit Asam TBK, PT Muara Alam Sejahtera, PT Bara Alam Utama, Bomba Group.
“Kami minta PJ Gubernur dan DPRD Provinsi Sumsel, kepolisian untuk turun tangan untuk mengatasi masalah ini, karena banyak berdampak buruk untuk masyarakat, khususnya warga sekitar, ancaman alam, kesehatan masyarakat, sekolah berdebu dan resiko lainnya. Periksa juga Kepala KSOP II Palembang, Dirpolairud, Kasubdit Gakkum, Kasubdit Patroli, yang diduga terima gratifikasi untuk perizinan melintas, beroperasi usaha tambang batubara, tambang pasir, tongkang di wilayah Sumsel,” terang Andi Leo.
Andi Leo menerangkan, GAASS bersama masyarakat menyatakan menolak kehadiran perusahaan batubara.
“Jika tuntutan atau aspirasi kami ini tidak di penuhi, maka kami akan melakukan aksi lanjutan memboikot stokepile yang ada di bantaran sungai musi, seperti milik PT Bukit Asam, RMK DLL Dengan jumlah masa yang lebih banyak lagi, kita akan aksi daei pagi sampai menang!,” pungkas Andi Leo.