Petrus Tegeke: Dulu Sekolah Ini Pernah Hadiahi Sepasang Sapi Untuk Siswanya

Pewarta : Mateus Tekege

DEIYAI,PAPUA Mattanews.co – Sekolah pada dasarnya adalah tempat menimba ilmu, dan mendidik putra-putri bangsa ini agar lebih cerdas dan unggul di segala bidang.

Kendala yang harus dilalui oleh sekolah untuk tetap bertahan, salah satunya adalah peran tenaga pengajar dalam proses belajar dan mengajar.

Banyak sekolah yang harus tutup karena tidak ada lagi yang berminat dan membaktikan diri menjadi tenaga pendidik di sekolah, seperti halnya Sekolah Perikanan, Peternakan, Perkebunan, Perkoperasian, Pertanian, dan Pertukangan di Lapangan (SP5L) yang pernah ada di daerah Moanemani yang kini disebut Kabupaten Dogiyai Papua.

Seorang saksi sejarah SP5L itu, Petrus Tegeke (65), mengatakan sejak 1960 an silam, sekolah itu fokus terhadap cara bercocok tanam untuk masyarakat sekitar, seperti cara menanam kopi, buah-buahan, sayur, pemupukan, kebersihan lingkungan dan administrasi.

“Semuanya ada 17 mata pelajaran di sekolah itu,” kenang Tekege. Jumat (24/07/2020).

Seingat Tekege waktu itu yang menjadi Kepala sekolah P5L Thobias Giyai, Staf Guru Insinyur Tebai, guru Bruder Piet, Guru Makai, guru Tigi, Yosep Pekei. Pater Kleopas Guigrok

Tekege yang pernah sekolah P5L di Moanemani selama 3 tahun mulai terhitung dari tahun 1983-1986 itu, menjelaskan seluruh kampung di Meeuwodide punya nama cabang masing-masing seperti cabang Paniai Barat, cabang Paniai Timur, cabang Tigi, cabang Kamuu dan cabang Mapia. Selain cabang, dibawah cabang ada juga nama kelompok/daerah.

Dahulu, sekolah itu menghadiahkan sepasang Sapi bagi siswa, tentunya dengan memenuhi syarat-syarat setidaknya di rumah pribadi calon SPL harus menanam 250 pohon kopi, 10 pohon lebih buah-buahan, bermacam jenis sayuran dan tanaman yang harus terpisah di masing-masing bedengan.

“Ada ternak juga seperti Ayam, bebek, kelinci, babi dan Halaman rumah calon SPL harus bersih, semuanya dinilai untuk mendapat sepasang sapi itu,” jelasnya.

Sementara itu, seorang lulusan SPL juga, Marius Bobii mengatakan, di rumah calon SPL Sumur harus 2 buah itu buat bersih kaki, tangan dan minum, mandi. Setiap rumah pribadi SPL harus membuka Cerobong di tengah rumah bertanda rumah milik SPL.

Setiap hari sabtu bersihkan rumah, mandi keluarga, sapu halaman rumah. Kalau syarat yang di muat diatas sudah dilengkapi oleh calon SPL maka dipastikan menjadi SPL dan bisa menerima sepasang sapi.

Lanjut Marius, Ketua dan rombongan kelompok sekolah itu selalu mengunjungi setiap rumah calon SPL. Hasil kunjungan dilaporkan ke sekertaris cabang lalu semua laporan itu ke ketua pusat di Moanemani, lalu berdasarkan laporan itu, pihak pusat juga mengunjungi rumah calon SPL.

Setelah berhasil semua pekerjaan diatas maka bisa turun Praktek 3 bulan. Setelah praktek kemudian baru menerima sepasang Sapi.

Pedagang lokal, pemeliharaan ternak, pembersihan lingkungan rumah, semua itu bangkitkan melalui program P5L yakni, perikanan, peternakan, perkebunan, perkoperasian, pertukangan oleh para alumni sekolah P5L.

“Namun sayang sekali sekolah P5L ditutup, karena tidak ada lagi tenaga pendidik,” terang Marius Bobii.

Editor: Fly

Bagikan :

Pos terkait