MATTANEWS.CO, KAPUAS HULU – Panas matahari menyengat khas Desa Sungai Purun Kecil, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah, membakar kulit dan memantulkan sinar tajam di permukaan sawah yang membentang luas. Jalan tanah yang membelah ladang padi penuh lubang menganga seolah menjadi medan pertempuran antara manusia dan alam.
Angin berdesir lirih menyusup ke sela-sela rerumputan, membawa suara sunyi yang berat namun penuh cerita. Jalan tanah yang mengular di tengah ladang itu bukan sekadar jalur biasa. Ia adalah nadi desa, urat yang menghubungkan kehidupan satu keluarga ke keluarga lain. Tapi jalan itu sudah lama luka. Retak, berlubang, dan sering berubah menjadi rawa tak terlihat saat musim hujan.
Angin berdesing. Sunyi menyelimuti desa, seperti menyembunyikan harapan yang pernah terkubur di antara tanah becek dan air keruh. Tiba-tiba, terdengar suara:
“Syuh! Syuh! Jangan makan padi, oi!”
Seorang perempuan paruh baya berdiri tegak di pematang sawah, tangan kanannya menggoyang sehelai kain merah. Ia bukan hanya mengusir burung pipit ia sedang menjaga sisa hasil panen yang bisa ia bawa pulang.
Saya mendekat, mengenakan seragam loreng yang mulai berdebu karena perjalanan.
“Lagi jaga burung, Bu?” tanya saya.
“Iya, Pak,” sahutnya sambil tersenyum singkat.
“Mau ke mana, Pak?” lanjutnya, matanya masih tajam menatap sawah.
Saya menjelaskan bahwa kami Satgas TMMD Kodim 1201/Mempawah sedang meninjau lokasi jalan yang akan diperbaiki. Jalan di hadapan kami adalah target utama dalam program TMMD Ke-124.
“Alhamdulillah, Pak…” katanya pelan. Di ujung matanya, saya melihat kilatan harapan. Ia lalu bercerita panjang tentang jalan itu, tentang musim hujan yang memaksa warga memutar berkilo-kilo jauhnya, tentang lubang yang menjadi perangkap, dan tentang anak-anak yang harus mengangkat sepatu saat berangkat sekolah. Jalan itu telah lama mengkhianati mereka. Tapi kini, akan ada perubahan.

Saat Negara Menyapa Desa
Langit pagi itu begitu cerah, membentang luas di atas Desa Sungai Purun Kecil yang telah lama menanti sentuhan perubahan. Di lapangan kecil yang biasanya riuh dengan suara tawa anak-anak bermain bola, kini berdiri panggung sederhana dengan spanduk besar bertuliskan “TMMD Ke-124 Tahun 2025” yang berkibar pelan diterpa angin sejuk. Warga desa berkumpul penuh harap, menyambut kehadiran program yang diyakini akan membawa perubahan nyata bagi kehidupan mereka.
Para prajurit Kodim 1201/Mempawah berdiri tegap bersama kepala desa dan perangkat kecamatan, menyambut hadirnya Komandan Korem 121/Abw, Brigjen TNI Purnomosidi, yang turut memberikan semangat bagi semua pihak. Di tengah acara, Wakil Bupati Mempawah, H. Juli Suryadi, B. S. H., M. S.i., memberikan pernyataan yang menjadi titik balik harapan bagi warga desa. Ia menegaskan bahwa keberadaan TMMD bukan sekadar program pembangunan fisik, melainkan wujud nyata perhatian pemerintah dan TNI untuk hadir di tengah masyarakat yang selama ini kurang tersentuh.
“TMMD ini adalah bukti bahwa negara hadir dengan tangan terbuka, merangkul dan membangun bersama rakyat dari pinggiran. Desa Sungai Purun Kecil akan menjadi contoh bagaimana sinergi antara TNI dan pemerintah daerah bisa membuka jalan bukan hanya secara fisik, tapi juga membuka peluang dan harapan baru bagi warga,” ungkap Wakil Bupati dengan penuh keyakinan. Pernyataan itu disambut hangat oleh seluruh warga yang hadir, memperkuat semangat gotong royong dan optimisme untuk masa depan desa mereka.
Lebih dari Beton dan Batu

Material datang silih berganti semen, pasir, kerikil, molen, cangkul, dan harapan. Mesin molen berderu, menciptakan simfoni khas pembangunan yang menggema di seluruh sudut Desa Sungai Purun Kecil. Suara sekop yang menghantam tanah, langkah berat para prajurit, serta desakan semangat warga dan mahasiswa yang turut bergabung, menjadi satu irama perjuangan yang tak pernah berhenti. Di bawah terik matahari yang tak kenal ampun, Satgas TMMD Kodim 1201/Mempawah terus bekerja tanpa lelah, mengerahkan seluruh tenaga dan jiwa untuk mewujudkan perubahan nyata.
Setiap hari, para prajurit bangun sejak fajar, melewati jalan berdebu dan berlubang menuju lokasi pembangunan. Tubuh yang lelah dan keringat yang membasahi seragam loreng tak pernah menyurutkan semangat mereka. Baju loreng mereka tak lagi bersih penuh debu, cipratan semen, dan noda tanah menjadi saksi bisu dari kerja keras dan dedikasi tanpa pamrih. Dengan tangan cekatan dan penuh disiplin, mereka mengaduk beton, mengangkut material dengan gerobak dorong, dan menyusun batu demi batu. Perjuangan mereka bukan hanya soal fisik, tapi juga soal hati—berjuang demi sebuah jalan yang akan membuka akses dan kehidupan lebih baik bagi masyarakat desa.
Saat campuran beton mulai dituangkan, jalan tanah sepanjang 1.115 meter mulai tertutup permadani abu-abu yang kokoh. Anak-anak kecil berkumpul di pinggir jalan, menonton dengan mata berbinar, dan bertepuk tangan setiap kali molen berputar. Seorang anak bertanya polos kepada ibunya, “Bu, nanti jalan ini bisa dilewati sepeda ya?” Dengan mata berkaca-kaca, ibunya mengangguk, menyimpan harapan yang kini sedang dibangun oleh tangan-tangan satgas yang rela berkorban tanpa pamrih demi masa depan mereka.
Menggali Harapan

Di sisi lain desa, kami membangun satu unit sumur bor. Tampak kecil, tapi artinya besar. Air bersih adalah kebutuhan dasar yang tak selalu mudah didapatkan.
Saya masih ingat anak-anak yang berlari ke sumur baru itu saat pertama kali air menyembur keluar. Mereka tertawa, membasuh wajah mereka, dan bahkan ada yang menampungnya dalam botol. “Rasanya dingin dan segar, Pak,” kata seorang bocah sambil tersipu.
Warga kini tak perlu lagi menunggu air hujan atau mengambil dari sungai yang keruh. Sumur ini menjadi sumber kehidupan baru.
Dari Gubuk Menjadi Rumah
Kami juga merenovasi sebuah rumah tidak layak huni. Pak Rahmad, seorang buruh tani yang tinggal bersama istrinya dan dua cucunya.
Sebelum direnovasi, rumah itu hanya berdinding papan reyot, beratap seng bocor, dan berlantai tanah. Saya masuk ke dalamnya, dan hati saya tercekat. Anak-anak tidur beralaskan tikar, tanpa kasur.
Kini, rumah itu berdiri kokoh. Lantainya kokoh, atapnya kuat, dan dindingnya sudah rapi. Saat serah terima, Pak Rahmad menangis. “Terima kasih, Komandan. Saya tidak bisa membalas, hanya Allah yang tahu,” katanya lirih.
200 Pohon dan Lingkungan yang Bernapas
Kami mengajak warga desa bersama anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) untuk menanam 200 pohon di berbagai sudut Sungai Purun Kecil. Kegiatan ini lebih dari sekadar penghijauan ia adalah upaya menanamkan rasa cinta dan tanggung jawab terhadap bumi yang menopang kehidupan kita. Para mahasiswa bergerak dengan semangat, membimbing warga dan anak-anak dengan penuh antusiasme, menanamkan pesan bahwa menjaga alam adalah investasi untuk masa depan yang lebih cerah.
Tak hanya menanam pohon, kami juga bergerak membersihkan sungai dan saluran air yang selama ini tersumbat oleh sampah dan endapan. Air yang mengalir bersih menjadi simbol harapan baru, tanda bahwa lingkungan yang sehat adalah fondasi utama bagi kehidupan yang sejahtera. Bersama HMI dan masyarakat, kami merasakan energi positif yang lahir dari gotong royong, memperkuat ikatan dan tekad untuk menjaga desa ini tetap asri dan lestari.
Sinergi yang terjalin antara Satgas TMMD, mahasiswa, dan warga bukan sekadar kerja fisik. Ia adalah kisah tentang harapan yang tumbuh bersama, tentang bagaimana sebuah komunitas bisa bersatu padu untuk membangun masa depan yang lebih baik, satu pohon dan satu sungai bersih pada satu waktu. Sungai Purun Kecil kini bukan hanya desa yang bangkit secara fisik, tapi juga bangkit dalam semangat dan cinta lingkungan.
Membuka Wawasan, Menyatukan Harapan

Di tengah geliat pembangunan fisik TMMD, kami tak melupakan pentingnya membangun jiwa dan pikiran warga Desa Sungai Purun Kecil. Berbagai penyuluhan digelar sebagai bagian dari kegiatan non-fisik, menghadirkan ilmu dan pengetahuan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Para ibu berkumpul antusias, belajar tentang gizi seimbang dan cara mencegah stunting pada anak-anak mereka. Senyum harap terpancar dari wajah mereka, karena kini mereka tahu bahwa kesehatan adalah pondasi pertama bagi masa depan generasi desa.
Tak hanya itu, petani pun mendapatkan perhatian khusus. Melalui penyuluhan pertanian dan pengendalian hama, mereka dibekali ilmu baru untuk menjaga panen agar tidak gagal. Dengan pengetahuan yang semakin bertambah, mereka merasa lebih percaya diri menghadapi tantangan alam yang selama ini menjadi momok. Di sisi lain, generasi muda desa mendapatkan penyuluhan wawasan kebangsaan yang membangkitkan rasa cinta tanah air dan semangat bela negara, sebuah investasi penting untuk membangun karakter pemimpin masa depan.
Tak kalah penting, kami juga menggelar penyuluhan hukum dan bahaya narkoba, agar desa tetap aman dari ancaman yang mengintai di era modern ini. Bersama tim penyuluh hukum dari Universitas Tanjungpura (Untan), kegiatan ini diselenggarakan dengan pendekatan dialogis dan edukatif yang mudah dipahami warga. Para warga mendengarkan dengan seksama, sadar bahwa pengetahuan tentang hukum dan bahaya narkoba bukan hanya untuk melindungi diri sendiri, tapi juga menjaga keharmonisan dan keamanan komunitas. Dengan kombinasi pembangunan fisik dan pencerahan mental ini, TMMD bukan hanya membangun infrastruktur, tapi juga memperkokoh pondasi masa depan desa secara menyeluruh.
Menanam Harapan, Menyemai Masa Depan
Dalam rangka mendukung program ketahanan pangan nasional, TMMD Ke-124 Kodim 1201/Mempawah juga melaksanakan berbagai kegiatan strategis.
Program beternak 100 ekor ayam petelur di Desa Sungai Purun Kecil ini merupakan hasil kolaborasi erat antara Babinsa Kodim 1201/Mempawah dengan masyarakat setempat. Bersama-sama, mereka membangun kandang komunal secara gotong royong di lokasi strategis yang dekat dengan sumber air dan akses jalan utama. Babinsa tidak hanya membantu dalam pembangunan fisik kandang, tetapi juga aktif membimbing kelompok desa yang mengelola kandang, memberikan pelatihan teknis mulai dari cara merawat ayam hingga pengelolaan hasil panen telur. Setiap hari, sinergi ini berjalan dengan baik, menunjukkan bahwa keberhasilan program ini bukan hanya soal produksi telur semata, melainkan juga membangun kemandirian pangan dan semangat kebersamaan yang semakin menguat di antara warga desa.
Kami menyalurkan bibit sawit kepada kelompok tani muda. Tanah yang dulunya kosong kini berubah menjadi kebun harapan. Proses penanaman kami awali bersama, dengan bimbingan petugas penyuluh pertanian.
Di sisi timur desa, lahan tidur seluas 2 hektare kini menjadi ladang subur. Kami bersama warga menyemai benih padi, dan para pemuda desa kini bangga menjadi petani muda. “Kami tidak hanya menanam padi, Pak. Kami menanam harapan,” ujar Riko, seorang pemuda desa.
Denyut Nadi Kebersamaan yang Menghidupkan Desa

Di Sungai Purun Kecil, semangat gotong royong benar-benar menjadi denyut nadi yang menggerakkan seluruh warga. Sejak pagi buta, wajah-wajah dari berbagai latar belakang berkumpul tanpa pamrih petani, ibu rumah tangga, mahasiswa, hingga aparat desa yang biasanya hanya duduk di kantor kini turun tangan mengangkat cangkul dan membawa semen. Kebersamaan ini bukan sekadar membantu pekerjaan fisik, tapi menjadi ikatan kuat yang menyatukan harapan dan tekad untuk membangun masa depan desa. Suara tawa, semangat yang membara, dan kerja keras yang tanpa henti menghapus lelah, memperkuat rasa solidaritas antar generasi yang hadir di setiap sudut lokasi pembangunan.
Melihat kerja keras mereka, saya semakin yakin bahwa kekuatan sesungguhnya bangsa ini terletak pada kebersamaan rakyatnya. Setiap butir pasir yang diangkut dan setiap adukan semen yang dituangkan bukan hanya wujud fisik, tapi simbol harapan dan perubahan yang lahir dari tangan-tangan yang saling bahu-membahu. Di desa ini, gotong royong bukan sekadar slogan, melainkan kekuatan nyata yang mampu menghidupkan kembali semangat membangun dan mengantar desa menuju masa depan yang lebih cerah.
Wasev dari Mabes TNI, Suntikan Semangat Baru
Kunjungan Tim Wasev dari Mabes TNI AD yang dipimpin Kolonel Inf Setiya Asmara menjadi momen penting yang tak hanya memberi validasi atas apa yang telah kami kerjakan, tetapi juga menyuntikkan semangat baru bagi seluruh anggota Satgas TMMD dan warga desa. Sejak pagi, suasana desa terasa berbeda. Spanduk penyambutan terbentang, para siswa sekolah berdiri di pinggir jalan sambil melambaikan bendera kecil, dan warga menyambut dengan senyum bangga.
Setibanya di lokasi, Kolonel Inf Setiya Asmara langsung meninjau berbagai titik kegiatan, mulai dari pembangunan jalan rabat beton, sumur bor, rumah yang direnovasi, hingga lahan pertanian. Beliau berdialog langsung dengan warga, mendengarkan cerita mereka, dan mencatat berbagai hal penting untuk evaluasi.
Usai kunjungan, suasana Satgas terasa seperti baru saja mendapatkan tenaga tambahan. Pekerjaan yang tersisa diselesaikan dengan lebih cepat, lebih rapi, dan lebih penuh semangat. Kami tahu, apa yang kami lakukan dinilai, dihargai, dan yang terpenting bermanfaat.
“Kalian tidak hanya membangun jalan, tapi juga membangun bangsa,” katanya.
Kata-kata itu seperti bahan bakar baru bagi seluruh Satgas. Kami semakin semangat menyelesaikan tugas hingga tuntas.
Mengukir Sejarah, Menyulam Harapan

Lapangan utama Desa Sungai Purun Kecil menjadi saksi pelaksanaan Upacara Penutupan TMMD Ke-124 Tahun 2025. Dalam barisan yang rapi dan penuh kebanggaan, para prajurit, mahasiswa, pelajar, dan warga berdiri bersama, menyambut kehadiran Kasdam XII/Tanjungpura Brigjen TNI Putra Widyawinaya dalam kegiatan tersebut. Kehadirannya menandai puncak dari sebuah pengabdian kolektif yang tidak hanya menghasilkan infrastruktur, tetapi juga mempererat semangat gotong royong di tengah masyarakat.
Dalam sambutannya, Brigjen TNI Putra Widyawinaya menyampaikan apresiasi atas sinergi Satgas TMMD Kodim 1201/Mempawah bersama seluruh elemen desa. Ia menegaskan bahwa TMMD adalah bagian dari strategi memperkuat ketahanan nasional dari tingkat paling dasar: desa. “Desa kuat, maka bangsa ini akan kokoh berdiri,” ujarnya. Pernyataan itu disambut tepuk tangan, menggambarkan bahwa nilai-nilai yang ditanam selama program ini benar-benar tumbuh di hati masyarakat.
Usai upacara, suasana berubah menjadi penuh keakraban. Tidak ada lagi batas antara mereka yang berseragam dan yang berpakaian sederhana. TMMD telah usai secara resmi, namun warisan kebersamaan dan semangat membangun akan terus hidup di desa ini, menjadi fondasi kuat menuju masa depan yang lebih baik.
Dari Desa untuk Indonesia
TMMD Ke-124 di Desa Sungai Purun Kecil telah usai. Namun, jejaknya tidak akan pudar. Ia tertanam dalam setiap batu jalan yang dilalui sepeda anak sekolah, dalam setiap tetes air bersih yang mengalir dari sumur, dalam dinding rumah yang kini menjadi tempat berteduh yang layak, dalam ladang yang hijau oleh harapan, dan dalam senyum warga yang kini lebih percaya pada masa depan.
Dari desa kecil di Mempawah ini, kita belajar bahwa membangun bangsa tak harus dimulai dari gedung-gedung tinggi di kota. Justru dari jalanan tanah yang tadinya sepi, dari tangan-tangan kotor penuh lumpur, dari gotong royong yang jujur dan tulus di situlah kekuatan Indonesia sejati dilahirkan.
TMMD bukan sekadar program. Ia adalah denyut nadi kebangsaan. Ia adalah pelukan negara untuk rakyatnya yang selama ini menanti dalam diam. Dan yang paling penting, ia adalah bukti bahwa harapan bisa tumbuh, bahkan di tempat yang dulu dianggap terpencil.
Karena membangun Indonesia, sesungguhnya dimulai dari langkah-langkah kecil… di desa-desa seperti Sungai Purun Kecil.
Dan dari sana, gaung besarnya akan menggema ke seluruh penjuru negeri.














