Luthfi Ungkap : Saksi Sri Meilina Sempat Ancam Saya, Mau Jalur Polisi, Hukum atau Preman, Dipukul oleh Terdakwa Berkali-Kali

MATTANEWS.CO, PALEMBANG – Fadilla alias Datuk terdakwa kasus penganiayaan terhadap Muhammad Luthfi Hadhyan selaku Ketua atau Chief Stase Anak Rumah Sakit (RS) Siti Fatimah, kembali jalani sidang di Pengadilan Negeri (PN) Palembang, dengan agenda mendengarkan keterangan saksi korban, Selasa (11/3/2025).

Sidang diketuai oleh majelis hakim Corry Oktarina SH MH, JPU Kejati Sumsel Rini Purnamawati, serta menghadirkan saksi korban Luthfi Hadhyan.

Dalam persidangan Lutfi mengatakan, saya diajak bertemu oleh Mamanya Ledi (Sri Meilina) di suatu Restoran, orang tersebut mengajak saya bertemu untuk membahas masalah sip jaga malam (Piket) Ledi sebagai Coas di Rumah Sakit (RS) Siti Fatimah.

Namun obrolan Sri Meilina (Orang Tua Ledi) kepada saya keluar jalur dan mulai tidak enak suasananya, dimana beliau mengintervensi saya dengan mengatakan bahwa saya dan teman-teman, masih anak-anak.

“Jika orang tua kalian tahu, pasti malu melihat tingkah laku kalian, sembari mengatakan bahwa pembagian sip jaga malam untuk Ledi tidak adil,” ujar Sri Meilina kepada saksi.

Lutfi juga mengungkap bahwa obrolan dirinya dan Sri Meilina diluar kontek, saksi bahkan tidak menerima penjelasan dari kami,

“Saya sempat mendapatkan ancaman dari Sri Meilina, dengan mengatakan saya ini lulusan sarjana hukum, saya tidak takut, kamu mau jalur apa, jalur hukum, jalur polisi, jalur preman ayo,” ungkap saksi menirukan ancaman Sri Meilina.

Lutfi juga mengungkap sempat mendapatkan pukulan berkali-kali dari terdakwa Fadilla alias Datuk, hingga menyebabkan luka memar dan pendarahan.

Bacaan Lainnya

“Namun saat terjadi pemukulan oleh terdakwa terhadap saya tidak ada upaya dari Sri Meilina untuk mencegahnya,” tegas Lutfi.

Dalam dakwaan JPU, kejadian bermula saksi Sri Meilina menghubungi Terdakwa melalui telepon untuk meminta Terdakwa menjadi sopir, pada saat itu Terdakwa sedang berada di rumahnya dengan tujuan agar Terdakwa menemani Saksi Sri Meilina.pada hari itu tanpa menjelaskan tujuannya, karena saksi Sonny selaku sopir Saksi Sri Meilina sedang mengantar Saksi Lady Aurellia Pramesti (Anak Saksi Sri Meilina).

Atas tawaran tersebut, Terdakwa Fadilah Datuk menyetujui permintaan Saksi Sri Meilina, karena pada saat itu Terdakwa sedang tidak ada kegiatan lain, kemudian Terdakwa dan Sri Meilina pergi menuju ke arah RS Siti Fatimah.

Saksi Sri Meilina mendapatkan informasi dari anaknya yaitu Saksi Lady Aurellia Pramesti yang sedang menjalankan tugas sebagai coass di Stase Anak RS.Fatimah mendapatkan jadwal piket jaga coass stase anak 2 hari sekali jaga malam, sementara 5 kelompok lainnya mendapat jadwal piket jaga malam 4 hari sekali.

Kemudian Saksi Sri Meilina menelepon Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan yang merupakan Ketua/Chief Stase Anak RS. Siti Fatimah untuk mengajak bertemu, namun karena Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan sudah keluar dari RS.Siti Fatimah maka Saksi Sri Meilina mengajak Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan untuk bertemu di Restoran Brasserie di Jl. Demang Lebar Daun Kelurahan Demang Lebar, disetujui oleh Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan, sehingga Saksi Sri Meilina bersama Terdakwa melanjutkan perjalanan ke Restoran Brasserie.

Pilihan Pembaca :  Wabup Lepas Kontingen Sergai Bertanding di PON - Papernas Papua

“Saat saksi Sri Meilina dan Terdakwa tiba di parkiran Restoran Brasserie, tidak lama kemudian Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan tiba di lokasi bersama Saksi Athiya Arisya Candraningtyas dan Saksi Kundyah Khairunnisa, mereka duduk di meja kedua dari tangga, dengan posisi Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan duduk berhadapan dengan Saksi Sri Meilina di satu meja,

Selanjutnya saksi Sri Meilina dengan nada emosi membahas mengenai pembagian jadwal piket jaga coass stase anak karena menurut Saksi Sri Meilina pembagian jadwal piket tersebut tidak adil, saksi Sri Meilina juga membahas mengenai sikap Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan selaku Ketua/Chief Stase Anak RS Fatimah yang seharusnya mendengarkan keluhan dari anggotanya termasuk keluhan dari Saksi Lady Aurellia Pramesti.

Lalu Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan menjelaskan jika jadwal jaga tersebut sudah beberapa kali diubah untuk menyesuaikan keinginan dari Saksi Lady Aurellia Pramesti dan sudah ada kesepakatan yang disetujui oleh seluruh coass stase anak, sehingga Jadwal Jaga sudah diteruskan kepada Dokter Penanggungjawab, mendengar jawaban saksi Muhammad Luthfi tersebut, Sri Meilina langsung berkata berkata kamu kurang ajar.

Kasian orang tua kalian punya anak kayak kalian, belum jadi apa-apa saja sudah kurang ajar, biar kalian tau ya, anak saya itu biarpun dia anak tunggal tapi dia tidak manja, mendengar hal tersebut, Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan dan Saksi Athiya Arisya Candraningtyas langsung tersenyum, melihat reaksi dari Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan dan Saksi Athiya Arisya Candraningtyas tersebut, membuat Saksi Sri Meilina menjadi emosi dan berkata Kalian jangan ketawa-ketawa, jangan kurang ajar kalian dan melihat serta mendengar hal tersebut juga menyulut emosi Terdakwa.

Sehingga Terdakwa langsung berdiri dari tempat duduknya dan mendekati Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan, lalu Terdakwa dengan menggunakan tangan mendorong bahu kiri Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan sebanyak 2 dan mendorong bahu kanan Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan sebanyak 1 kali sehingga membuat keadaan menjadi memanas.

Kemudian Terdakwa dengan menggunakan tangan menekan pipi sebelah kanan Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan sebanyak 1 kali, lalu Terdakwa menarik tangan sebelah kanan Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan secara paksa sehingga posisi Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan menjadi berdiri.

Selanjutnya Terdakwa dengan menggunakan tangan mencakar dada bagian tengah Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan sebanyak 1 kali, memukul bagian wajah sebelah kiri sebanyak 4 kali sehingga menyebabkan Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan terjatuh, kemudian Terdakwa kembali dengan menggunakan tangan memukul wajah dan kepala Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan sebanyak 5 kali.

Beberapa saat kemudian Terdakwa kembali mendekati dan memukul Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan pada bagian wajah dan kepala sebanyak 9 kali, selanjutnya melihat kondisi Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan yang berdarah, lalu Saksi Athiya Arisya Candraningtyas dan Saksi Kundyah Khairunnisa membawa Saksi Muhammad Luthfi Hadhyan ke RS. Bhayangkara untuk berobat.

Atas perbuatannya Terdakwa dijerat dan diancam pidana dalam Pasal 351 ayat (1) KUHPidana.

Pos terkait