MATTANEWS.CO, KOTA MALANG – Belum maksimalnya pembinaan sepak bola putri di Kota Malang membuat miris, untuk regenerasi atlet yang akan berjuang di Porprov maupun ditingkat Nasional. Hal tersebut lantaran kompetisi sepak bola wanita belum semuanya terlaksana dengan baik, seperti ajang atau even sepak bola wanita yang minim sekali digelar, bahkan kejuaraan kompetisi hanya dilakukan saat Porprov maupun PON saja, Rabu (31/10/2024).
Generasi atlet sepak bola putri yang selama terbentuk hanya stak jalan ditempat, mengingat atlet sepak bola putri di Kota Malang sebetulnya mempunyai talenta berbakat dan sering kali dipanggil mengikuti Seleksi Timnas Indonesia.
Belum lagi ditunjang sarana dan prasarana secara maksimal juga menjadikan kendala, tentunya hal tersebut menjadi hambatan untuk perkembangan sepak bola putri.
Salah satu mantan atlet sepak bola putri yang pernah mengikuti Porprov Jatim 2019, 2022 dan 2023, Efra (24) mengatakan, club sepak bola putri di Kota Malang masih sangat minim sekali, apa lagi menggelar sebuah kompetisi.
Dirinya bersama rekan-rekan seprofesi lainya hanya mengandalkan latihan tanpa ditunjang kompetisi maupun turnamen resmi yang diselenggarakan oleh federasi.
“Ya untuk menjaga kebugaran, kita hanya mengikuti latihan bareng teman-tenan saja, tanpa ada kompetisi ataupun turnamen,” ungkap Efra kepada wartawan Media Online Nasional Mattanews.co.
Minimnya regenerasi pesekbola putri menjadi kurang berkembang, karena tidak adanya kompetisi yang berkualitas. Tanpa adanya pembinaan dan dukungan yang memadai dari berbagai pihak maka para atlet sulit akan meraih prestasi.
“Kami ingin berprestasi di Kota Malang, tetapi sulit rasanya seperti tidak ada jalan,” tuturnya.
Sementara terkait pembinaan sepak bola putri sendiri, Efra mengaku belum ideal mengingat kebutuhan fasilitas atlet seperti lapangan standart, alat latihan lengkap hingga ruang ganti masih belum layak.
“Masih belum maksimal, sangat jauh dari kata itu. Indikasinya arena sarana dan prasarana, baik pelatih, internal dan eksternal belum siap,” keluhnya.
Selain itu, atlet sepak bola putri juga hanya dibutuhkan jika menjelang turnamen seperti Porprov atau PON saja, setelah usai even tersebut mereka akan diabaikan begitu saja, sedangkan mereka dituntut berprestasi untuk event tersebut.
Dirinya berharap sepak bola putri Kota Malang mereka dinaungi ataupun ada pembinaan usia junior maupun senior, serta mendapat perhatian dari pemerintah setempat.
“Harapannya sarana dan prasarana itu minimal di Kota Malang ada club khusus sepak bola putri, mulai dari usia 12,15,17 sampai 20an, usia pembinaan dini sampai senior,” pungkasnya.














