MATTANEWS.CO, PEMALANG – Paguyuban Penghayatan Kapribaden yang dikenal dengan sebutan Putro Romo, melalui Badan Pengurus Harian (BPH) Kabupaten Pemalang, menggelar acara ritual suci (sakral) memperingati Tumurunya Wahyu Eko Buwono (Panca Gaib), dan HUT ke-80 RI
Peringatan yang berlangsung pada Minggu, 17 Agustus 2025, di Pendopo 124 (ji-ro-pat) ,Gebyok Comal, Kabupaten Pemalang ini sekaligus bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia.
Sejarah Wahyu Eko buwono sendiri, tumurun Tepat tanggal 13 malem 14 Nopember 1955, Senen pahing, pukul 18.05, yang di terima oleh Romo. M. Semono Sastrohadijoyo.
Dengan semangat kebersamaan atau yang dikenal dengan istilah kakadhangan, para kadang Putro Romo berkumpul untuk memperingati Tumurunya Wahyu Eko buwono, serta bersama-sama mendoakan arwah para pahlawan yang telah berjasa memerdekakan Indonesia.
“Ini adalah kali pertama kami menggelar kegiatan ngawuningani Tumurunya Wahyu Eko Buwono pada malam Senin Pahing, sekaligus merayakan HUT ke-80 RI,” ujar Rismanto, Ketua Badan Pengurus Harian Paguyuban Penghayatan Kapribaden (PPK).
Rismanto menjelaskan bahwa peringatan Tumurunya Wahyu Eko Buwono merupakan acara sakral dan kewajiban para kadang Putro Romo. Kegiatan ini diisi dengan kekadhangan berupa sarasehan yang menumbuhkan rasa persaudaraan erat antar sesama penghayat.
“Peringatan ini merupakan ritual suci, berbakti kepada Gusti Ingkang Mohon Suci (Tuhan Yang Maha Esa) untuk meraih ketenteraman jiwa dan kesempurnaan jati diri serta kembalinya asal usul hidup,” jelas Rismanto.
Dalam rangkaian acara tersebut, Rismanto selaku Ketua BPH juga mengukuhkan pengurus Penghayatan Kapribaden tingkat kecamatan.
Pengukuhan ini menjadi tonggak penting, sekaligus langkah awal pertama kali di Jawa Tengah untuk memperkuat organisasi paguyuban.
Dengan pengukuhan tersebut, Rismanto berharap peringatan Tumurunya Wahyu Eko Buwono dan HUT ke-80 RI menjadi momentum bagi seluruh kadang Putro Romo untuk selalu menjaga kebersamaan dan menjadi Putro Romo sejati.
“Selamat kepada para pengurus yang telah dikukuhkan. Semoga ini menjadi contoh yang baik dan pengayoman bagi seluruh kadang Putro Romo, tidak hanya di Pemalang tetapi juga Pekalongan dan daerah lainnya,” tambahnya.
Rismanto menegaskan bahwa paguyuban ini terbuka untuk semua tanpa batas wilayah dan tidak membedakan siapapun.
“Intinya, semua kadang harus guyub rukun agar selalu mendapatkan pengayoman dari Romo (Gusti Ingkang Mohon Suci),” pungkasnya.














