Tidak hanya Narsih, sosok ibu lain yang berjuang di masa pandemi adalah, Ibu Suwanti, Pengusaha Kerajinan Tangan yang harus membuat terobosan agar usaha dan kesejahteraan para pengerajinnya bisa kembali maju seperti sebelum pandemi.
“Kreasi ini identik dengan pesta, berkaitan dengan pandemi, pesta jadi tidak ada. Akhirnya usaha kami mati total”, papar Suwanti.
Tidak berhenti karena keadaan, Suwanti pun membuat makanan ungkep dari daging burung puyuh, untuk menyiasati produksi kerajinan tangan yang terhenti karena pandemi. Beruntungnya, Suwanti mendapatkan BPUM.
“Mendapat bantuan sebesar Rp2,4 juta itu bagi saya khususnya seperti mendapat air minum di tengah padang pasir, senang sekali”, ujar Suwanti.
Tidak berbeda jauh dengan Narsih dan Suwanti, Iis Suminar, Pengusaha Gado-Gado ini juga merupakan sosok ibu yang tidak menyerah pada keadaan. Sebagai salah satu penerima manfaat BPUM, Iis juga memanfaatkannya untuk meningkatkan usahanya demi menjaga ketahanan ekonomi keluarganya.