* Pemerintah Diharapkan Warga Membuka Rejeki Untuk Pengantri BBM ke Pelosok
MATTANEWS.CO, KAPUAS HULU – Jasa pengantri Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan solusi yang mulai berkembang di beberapa daerah, termasuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di pedalaman.
Jasa ini berfungsi sebagai perantara bagi warga yang kesulitan mengakses bahan bakar minyak (BBM) secara langsung karena jarak yang jauh ke SPBU atau keterbatasan waktu.
Keberadaan pengantri BBM selama ini khususnya di Kabupaten Kapuas Hulu, cukup membantu dalam mensuplai BBM hingga ke daerah terpencil.
Oleh karenanya, mereka mengharapkan pemerintah daerah bisa menata regulasi pengambilan minyak di SPBU dengan baik, sehingga pemenuhan BBM bagi masyarakat di desa – desa bisa optimal.
Seorang pengantri BBM di Putussibau yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan, pihaknya selama ini membantu mensuplai BBM bagi masyarakat di daerah. Apalagi jumlah dan lokasi SPBU di Kabupaten Kapuas Hulu yang masih tergolong kurang, sementara wilayah Kabupaten Kapuas Hulu sangat luas.
“Dengan kondisi SPBU yang tidak buka sampai malam, kemudian jarak SPBU pun jauh, dengan adanya kita pengantri BBM bisa sampai ke pelosok desa hingga di pedalaman perhuluan sungai,” ungkap salah seorang pengantri kepada wartawan Mattanews.co, Sabtu (11/1/2025).
Oleh karena itu, Jasa pengantri cukup besar dalam hal memenuhi kebutuhan BBM bagi masyarakat di pedalaman, dengan harga yang relatif terjangkau.
“Jasa pengantri membantu masyarakat di pedalaman mendapatkan BBM, tanpa harus melakukan perjalanan jauh ke SPBU,” tuturnya.
Dirinya menyadari walaupun itu dilarang oleh pemerintah di satu sisi bisa dijadikan mata pencarian masyarakat.
“Karena jujur kalau saya cukup lama jadi pengantri untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dari usaha berjualan BBM ini,” kata dia.
Jadi jasa pengantri BBM adalah solusi praktis sementara, namun upaya jangka panjang untuk pemerataan akses energi tetap menjadi prioritas utama bagi masyarakat pedalaman.
“Saya berharap semoga ada solusi dari pemangku kepentingan yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu,” pintanya.
Sebelumnya, Kepala bagian perekonomian, Adminstrasi Pembangunan dan SDA Sekretariat Daerah Kabupaten Kapuas Hulu, Budi Prasetyo, menyampaikan, secara aturan penjualan BBM di tingkat pengecer itu tidak boleh, sehingga pemerintah tidak dapat mengatur terkait harga BBM di pengecer.
“Penyebab mahalnya harga BBM di pengecer saat ini disebabkan pasokan BBM khususnya yg bersubsidi (pertalite dan solar) mengalami pengurangan dari depot pertamina Sintang,” ungkap Budi kepada media ini pada Kamis (9/1/2024).
Budi menyebutkan, jika pasokan BBM seperti yang di SPBU PT UKM milik Pemda misalnya sesuai permintaan atau kuota, dirinya yakin pasti harga di tingkat eceran tidak akan tinggi bahkan sampai ada yg 15 ribu / liter untuk pertalite.
Oleh karena itu kata Budi, langkah yang Pemkab lakukan yaitu pernah melakukan koordinasi ke pihak SBM Pertamina Sintang untuk dilakukan penambahan pasokan BBM bersubsidi ke Kapuas Hulu khususnya Putussibau.
“Kalau untuk Kuota BBM subsidi di Kabupaten Kapuas Hulu per bulan untuk solar sebesar 4.826 KL dan pertalite sebesar 8.270 KL, akan tetapi untuk realisasi pasokan yg dikrimkan oleh Pertamina kita tidak tahu persis. Sementara kita pernah minta data realisasi kuota ke pihak SBM Pertamina Sintang sampai sekarang belum ada tanggapan,” papar Budi.
Menurut Budi, dari jumlah kuota yang diusulkan Pemkab Kapuas Hulu seharusnya mencukupi karena usulan sudah diperhitungkan sesuai kebutuhan masyarakat di Kabupaten Kapuas Hulu akan tetapi realisasi pasokan BBM semua tergantung dari pihak Pertamina.
Budi juga menanggapi, terkait masalah kondisi antrian di SPBU didominasi pengantri/pengecer, dirinya berpendapat bahwa pihak SPBU akan sangat sulit melarang pengantri/pengecer membeli di SPBU mereka.
“Karena pengantri ini tidak berbeda dengan pembeli biasa, cuma bedanya mereka tiap hari belinya dan untuk dijual lagi di eceran. Untuk mengatasi hal ini sebenarnya pemerintah harus tegas melarang BBM dijual eceran dan kalo memang itu dilakukan pasti tidak akan ada pengantri di SPBU,” ujarnya.
Dikatakan Budi, untuk di Kapuas hulu mungkin sulit, karena kondisi demografi di Kapuas hulu ini dengan permukiman penduduk menyebar dan jaraknya jauh dengan jumlah SPBU yang sangat terbatas, sehingga pengantri menyuplai untuk wilayah – wilayah yang jauh.
“Sehingga tidak semua masyarakat mau membeli BBM ke SPBU yang jaraknya jauh, untuk mengisi sepeda motor hanya membeli 1 atau 2 liter pertalite dihitung hitung rugi,” pungkas Budi Prasetyo.