MATTANEWS.CO, PURWAKARTA – Warga Kampung Tegalnangklak RT 21 RW 08, Desa Bunder, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta lakukan aksi blokade dilokasi proyek pekerjaan terowongan Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) berlokasi di kampung tegalnangklak, Desa Bunder, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta.
Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk protes kekecewaan warga yang rumahanya hancur akibat dampak penggalian terowongan proyek KCIC. Selama 3 tahun hingga saat ini ke 11 Rumah warga itu tidak kunjung dibangun kembali sesuai perjanjian kesepakatan.
Maman Rusmana Ketua RW 08 kampung tegalnangklak mengatakan hari ini kita lakukan aksi protes kekecewaan kami sebagai warga yang terdampak dengan melakukakan aksi blokade jalan di terowongan KCIC yang dikerjakan oleh PT Sinohydro.
Kata dia dirinya mewakili warga beserta 11 Kepala Keluarga (KK) lainnya yang terdampak proyek pekerjaan terowongan KCIC itu menuntut untuk segera dibagunkan kembali rumah mereka.
Dijelaskannya, pada tahun 2019 terjadi pergeseran tanah akibat pekerjaan proyek terowongan tersebut dan mengakibatkan 11 rumah ambruk. Akhirnya warga masyarakat tinggal tercerai berai mengontrak rumah untuk tempat tinggalnya sementara.
“Akan hal tersebut akhirnya pihak KCIC, bersama perwakilan warga dan disaksikan sekda saat itu, duduk bersama membuat kesepakatan bawah pada tahun 2020 rumah warga terdampak akan dibangunkan kembali oleh PT Sinohydro. Namun, setelah beberapa kali kesepakatan hingga saat ini hal tersebut belum terealisasi,” ucapnya. Senin (10/10/2022) dilokasi.
Menurut Maman, seharusnya pada bulan februari warga sudah menerima kunci. Sedangkan sampai detik ini jangankan pelaksanaan pembangunan pemadatan tanahpun tidak ada. Dan hari ini warga menuntut haknya sampai adanya keputusan yang jelas, maksimal dalam kurun waktu 3 hari untuk dibangunkan kembali ke 11 rumah warga itu.
“Mirisnya, sampai-sampai dari ke 11 warga itu ada 2 orang yang meninggal dunia menunggu realisasi rumahnya kembali dibangunkan,” jelas Maman.
Pada intinya kami warga kampung tegalnangklak yang terdampak memohon kepada pemerintah daerah khususnya bupati untuk menindaklanjuti permasalahan ini. Karena sampai saat ini pihak perusahaan tidak ada itikad baik terhadap kami.
“Kami tidak akan beranjak dari lokasi dan akan tetap tinggal disini hingga ada keputusan yang pasti terhadap kami,” pungkasnya.
Sementara Humas PT Sinohydro Hendri saat dimintai keterangan terkait aksi warga tersebut dirinya engga memeberikan komentar apapun.