MATTANEWS.CO, KAPUAS HULU – PLBN Badau musnahkan 24 kg daging babi tanpa dokumen asal Malaysia. Pemusnahan tersebut dilakukan di Kantor Karantina Satpel PLBN Badau dan disaksikan oleh pemilik barang, serta petugas Bea Cukai Nanga Badau, Selasa (15/4/2024).
Pemusnahan MP HPHK tersebut dilaksanakan berdasarkan UU Nomor 21 tahun 2029 tentang karantina hewan, ikan dan tumbuhan untuk mencegah masuk, keluar dan tersebarnya Media Pembawa (MP) Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) di wilayah Republik Indonesia, khususnya Nanga Badau.
Seperti diketahui, daging babi tanpa dokumen karantina berpotensi untuk membawa HPHK, contohnya virus African Swine Fever (ASF).
Penyakit African Swine Fever atau yang biasa dikenal dengan demam babi afrika adalah salah satu penyakit pada babi yang disebabkan virus non zoonosis (tidak menular ke manusia) yang menyerang baik babi liar maupun babi ternak di segala umur dan menyebabkan babi sakit dengan tingkat kematian mencapai 100 persen.
Kepala Karantina Kalbar Satpel PLBN Badau, Septyardhi Haryono mengatakan peran karantina adalah sebagai suatu sistem pencegahan masuk, keluar dan tersebarnya MP HPHK di wilayah perbatasan ini.
Oleh karena itu, kami harus menindak tegas Komoditas hewan, ikan dan tumbuhan yang akan melintas melalui PLBN Badau tanpa disertai dokumen karantina.
“Kami menghimbau kepada masyarakat untuk tidak membawa produk hewan tanpa dokumen karena berpotensi untuk menularkan penyakit ke wilayah perbatasan. Mari kita bahu membahu untuk menjaga keanekaragaman hayati yang kita miliki,” tegas Septyardhi Haryono selaku Kepala Karantina Kalbar Satpel PLBN Badau.
Untuk diketahui sampai saat ini belum ada cara efektif dalam pengobatan penyakit ASF. Belum adanya vaksin dan media penyebaran virus yang sangat beragam (kontak langsung dengan babi tertular, pakan sisa, orang, objek yang dapat membawa agen penyakit seperti pakaian, sepatu, peralatan kandang, kendaraan, dan sebagainya) menambah kesulitan penanggulangan ASF sampai saat ini.
Oleh karena itu, kerjasama dan kolaborasi dari berbagai pihak menjadi salah satu kunci dalam pencegahan terhadap penyakit ini.
“Apresiasi setinggi-tingginya kami sampaikan kepada CIQ, Forkopimcam dan BNPP atas sinerginya dalam mencegah perbatasan dari infeksi penyakit HPHK. Semoga kolaborasi dan kerjasama yang baik ini terus terjaga demi lestarinya keanekaragaman hayati yang ada di perbatasan, ” tukas Septyardhi.