Example 728x250 Example 728x250
BERITA TERKINI

Lestarikan Budaya Sunda, Seorang Pria di Ciamis Bawa Angklung Mendunia

×

Lestarikan Budaya Sunda, Seorang Pria di Ciamis Bawa Angklung Mendunia

Sebarkan artikel ini

MATTANEWS.CO, CIAMIS – Alunan khas alat musik angklung temani para pendatang siang tadi. Mumu Alimudin (55), pria yang memakai kaos biru tua dengan ikat kepala khas Sunda itu menuturkan riwayat perjalanannya bersama alat musik tradisional angklung yang ia lestarikan.

Mumu Alimudin adalah pelaku seni yang berdedikasi melestarikan musik angklung. Ia menjaga warisan seni musik tradisional tersebut bersama Kampung Angklung Panyingkiran Ciamis yang telah dirintis bersama keluarganya.

Kampung Angklung berlokasi di desa Panyingkiran, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Kampung Angklung berdiri sejak 2014.

Namun tempat produksi hingga penjualan dan pelatihan angklung sendiri dimulai dari tahun 1992.

Jika menyebut nama alat musik angklung, maka identik dengan nuansa Jawa Barat. Alat musik multitonal atau bernada ganda ini memang berkembang di tengah masyarakat Sunda.

Dalam tradisi Sunda masa lalu, angklung memiliki fungsi ritual keagamaan untuk mengundang Nyai Sri Pohaci atau Dewi Sri (Dewi Padi lambang kemakmuran) agar memberikan berkah dan kesuburan pada tanaman padi.

Angklung merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari potongan bambu. Ia terdiri dari dua sampai empat tabung bambu yang dirangkai menjadi satu dengan tali rotan.

Tabung bambu diukir detail dan dipotong sedemikian rupa untuk menghasilkan nada tertentu ketika bingkai bambu digoyang.

Jenis bambu yang digunakan ialah bambu temen (bambu wulung), bambu belang dan bambu tali. Untuk yang besar ada juga yang mempergunakan bambu surat.

Menurut Mumu, produksi angklung sejak 1992 awalnya hanya keluarga, namun karena permintaan semakin banyak dan warga sekitar yang tidak memiliki mata pencaharian akhirnya ikut membantu memproduksi angklung.

“Alhamdulilah pada tahun 2014 saya dan warga di RW 07 ini yang mencakup 3 RT, mendeklarasikan kampung angklung. Pada tahun 2016 saya mendapatkan penghargaan dari gubernur sebagai pelopor pembudayaan ekonomi masyarakat dan pelestarian alat musik angklung,” ucapnya kepada Mattanews.co Rabu (7/6/2021).

Selain produksi, di Kampung Angklung Ciamis juga memberikan pelatihan memainkan alat musik angklung dengan baik dan benar.

Pada tahun 2017, Mumu dipercaya oleh Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia (IGTKI) Jawa Barat untuk melatih guru-guru IGTKI se-Jawa Barat. Ada 27 Kabupaten dan Kota, dia berkeliling Jawa Barat selama 1,5 Tahun.

“Pada tahun 2019 saya dipercaya menjadi narasumber untuk melatih sepuluh ribu Guru Paud seluruh Indonesia di Cibubur Jakarta,” jelasnya.

Kampung Angklung juga pernah menjadi pengesub Ekspor ke Jepang, Korea dan Tiongkok.

Dari pengrajin angklung di Kampung Angklung bisa memproduksi 10 ribu oktaf angklung perbulan. Persatu oktafnya ada 8 angklung.

Untuk pasarnya, kata Mumu, ada dua segmen yaitu melalui Dinas Pariwisata dan Dinas Pendidikan. Untuk wisata unggulan seperti yang ada di Jakarta, Bandung, Djogja dan Bali, sudah dipasok dari Kampung Angklung.

“Untuk saat ini, di situasi Covid-19 pasar pada sektor pariwisata sangat menurun drastis, kalau tempat wisata dibuka otomatis segi ekonomi akan berjalan kembali. Tapi kami bisa bertahan karena ada dunia pendidikan, jadi sampai saat ini meskipun omsetnya menurun tapi tetap bisa berjalan,” ungkapnya.

Berkat seniman-seniman kreatif dan inovatif, angklung terus berkembang dan mendapat pengakuan dunia.

Pada November 2010, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan atau UNESCO menetapkan angklung sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia.

Angklung sebagai instrumen musik maupun seni pertunjukan telah mengalami perkembangan cukup signifikan. Namun, inovasi tetap dibutuhkan agar angklung mampu bertahan seiring perkembangan zaman.

Dari pengembangan dan inovasi itulah muncul angklung piano, angklung toel, hingga angklung robot.

“Jika Indonesia tidak terus-menerus mengembangkannya, penetapan angklung sebagai warisan budaya dunia bisa menjadi bumerang. Sebab, negara manapun bisa mengembangkan dan melakukan inovasi terhadap alat musik ini,” tuturnya.