“Yang menyiratkan pesan moral bagi siapa saja yang datang dan tinggal menetap di Kalteng, harus bisa saling harga menghargai dan bertoleransi antar sesama umat. Dengan mengutamakan falsafah dari Huma Betang,” ucap Yudi, sapaan akrabnya.
Huma Betang dan keberadaan masyarakat Dayak, sambung Yudi, mempunyai makna tertentu. Huma sendiri yang bermakna rumah dalam bahasa Dayak Ngaju. Sedangkan Betang yaitu mengedepankan musyawarah mufakat, kesetaraan, kejujuran dan kesetiaan.
Hingga kini filosofi itu, masih menjadi pedoman dan diteladani oleh masyarakat yang hidup di Kalteng. Bahkan untuk penyelesaian konflik etnis, antara Suku Dayak dan Madura di Kalteng pada 2001 silam, pendekatan falsafah Huma Betang ini di kedepankan.
“Sehingga pada akhirnya, warga Suku Dayak bisa menerima kembali Suku Madura yang terusir saat konflik terjadi.”Jelas pria yang hobi traveling ke berbagai destinasi wisata di berbagai daerah di Indonesia.