MATTANEWS.CO, JAMBI – Polisi menetapkan nakhoda kapal tugboat TB EQUATOR V sebagai tersangka dalam insiden tabrakan tongkang batu bara dengan tiang fender Jembatan Gentala Arasy, ikon kebanggaan masyarakat Jambi.
Penetapan tersangka dilakukan usai Ditpolairud Polda Jambi melalui Subdit Gakkum melakukan olah tempat kejadian perkara dan menaikkan status kasus ke tahap penyidikan.
“Sudah ada penetapan tersangka nakhoda, ya satu orang,” ujar Kasubdit Gakkum Ditpolairud Polda Jambi, AKBP Ade Chandra, Senin (12/5/2025).
Diketahui, kapal TB EQUATOR V dikemudikan oleh seorang nakhoda perempuan bernama Nur Kholifah Dirmayanti dengan pandu Safari Ramadhan saat menarik tongkang MEGA TRANS II bermuatan batu bara dari arah Mersam menuju hilir Sungai Batanghari.
Insiden terjadi pada Kamis (8/5/2025) sekitar pukul 14.55 WIB, ketika kapal hendak melintasi bawah Jembatan Gentala Arasy di tengah kondisi cuaca ekstrem.
Direktur Polairud Polda Jambi, Kombes Pol Agus Tri, mengungkapkan bahwa hujan lebat dan angin kencang menyebabkan gangguan pandangan dan membuat tongkang gagal bermanuver, hingga akhirnya menghantam tiang fender jembatan.
“Cuaca ekstrem diduga menjadi penyebab utama kecelakaan. Ini menjadi peringatan serius,” tegasnya.
Dalam pelayaran tersebut, kapal tugboat milik PT Rimba Megah Armada itu juga mendapat bantuan dari kapal assist TB SUMBER IV. Sementara tongkang MEGA TRANS II diketahui milik PT Bangun Energi Indonesia.
Pihak kepolisian telah mengamankan barang bukti berupa kapal tugboat dan tongkang bermuatan batu bara.
“Ya, barang bukti diamankan. Iya, tongkang batu bara,” tambah AKBP Ade Chandra.
Meski tidak ada korban jiwa, kerusakan pada infrastruktur Jembatan Gentala Arasy menjadi perhatian serius pihak berwenang.
“Kami sudah turun ke lokasi untuk mengecek kondisi tiang fender dan meminta keterangan saksi. Saat ini kami masih menelusuri dampak kerusakan yang ditimbulkan,” ungkap Kombes Agus.
Polda Jambi juga mengimbau seluruh nakhoda dan pemilik kapal untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca, terutama saat melintasi kawasan vital.
“Kondisi cuaca sangat menentukan keselamatan pelayaran. Jangan sampai kejadian serupa terulang di masa mendatang,” pungkasnya.