Pria berpenampilan plontos ini sendiri mengaku tak kaget, bila Sekwan DPRD OKI bersikap demikian.
Baginya, informasi dari gedung parlemen nyaris tidak terdengar. Ia menyebut dramatisasi setengah hati dibuktikan, dengan hal lebih mudah sekalipun namun berjalan mangkrak hingga kini,
“Dengan anggaran puluhan miliar rupiah setiap tahunnya, namun hanya untuk mengadakan website resmi DPRD OKI tidak terlaksana hingga saat ini. Padahal, undang-undang keterbukaan informasi mewajibkan atas hal itu. Bersikap tak berharap rasanya itu lebih baik,” katanya.