Reporter : Nasir
BANYUASIN, Mattanews.co – Pengeroyokan yang dialami oleh IR, salah satu wartawan media online di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel), saat meliput investigasi aktifitas penyedotan pasir di Desa Lebung dan Rantau Harapan, Kecamatan Rantau Bayur Banyuasin, mendapat respon dari warga sekitar.
Para warga di dua desa tersebut akhirnya menyuarakan penolakannya terhadap aktifitas penyedotan pasir tersebut. Mereka pun melayangkan surat protes ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuasin Sumsel.
“Hari ini kami menyerahkan surat penolakan berativitasnya kembali penyedotan pasir oleh PT. Lintas di Desa Lebung. Kita juga meminta bupati, segera merekomendasikan pembekuan izin perusahaan tersebut ke Distamben Sumsel,” kata Indo Safri, Tokoh Pemuda Desa Lebung, usai menyerahkan surat penolakannya di Pemkab Banyuasin, Jumat (20/3/2020).
Surat ini disampaikan untuk meminta Bupati Askolani segera merekomendasikan dicabut izin operasi PT Lintang.
Menurutnya, surat ini ditandatangani masyarakat langsung, yang selama ini tidak merasa menikmati kekayaan alam desanya.
Karena daerahnya dikeruk setiap harinya selama 24 jam non stop selama dua tahun terakhir. Aktifitas tersebut bahkan tidak ada memberi manfaat apapun bagi warga sekitar.
“Karena kearoganan pihak keamanan perusahaan tersebut, sampai meneteskan darah salah satu wartawan yang sedang melakukan peliputan. Jadi kami harap tidak ada lagi aktivitas penambangan pasir di desa kami, guna menghindari korban selanjutnya,” ucapnya.
Selain ke Bupati Banyuasin, mereka juga melayangkan surat protes ke Ketua DPRD Banyuasin, Kapolres Banyuasin dan Camat Rantau Bayur.
Ternyata, ini juga dilandasi dengan kemarahan warga yang kembali memuncak. Karena dikabarkan penyedotan pasir kembali dilakukan pihak perusahaan dan ada 3 ponton diperkirakan berkapasitas 200 – 300 kubik.
“Ini merupakan bukti perusahaan tidak peka dengan kondisi emosional masyarakat lebung yang sedang tarauma. Selain satu orang wartawan pada insiden pengeroyokan sepekan lalu, tujuh masyarakat Lebung juga jadi korban, termasuk saya,” katanya.
Safri berharap semoga masyarakat tetap bijak dan jangan terpancing emosi ataupun terprovokasi. Karena dia yakin dengan kepiawaian Bupati Askolani dan Wakil Bupati (Wabup) Slamet Somosentono, dapat merasakan jeritan hati warganya, sehingga izin eksplorasi PT.Lintang dicabut.
Editor : Nefri