MATTANEWS.CO – Kecerdasan Buatan (AI) semakin meningkatkan dengan adanya deepfake audio, suara tiruan tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai bidang, mulai dari politik hingga penipuan keuangan.
Pemerintah Federal telah melarang Robocall yang menggunakan suara yang dihasilkan oleh AI dan menawarkan hadiah uang tunai, sebagai solusi untuk mengurangi kerugian akibat penipuan kloning suara.
Pada saat yang sama, para peneliti dan sektor swasta berlomba mengembangkan perangkat lunak untuk mendeteksi klon suara, dan perusahaan sering kali memasarkannya sebagai alat pendeteksi penipuan.
Peneliti AI dan Forensik di Univercity of California Sarah Barrington mengatakan, jika kita menyebut audio asli sebagai palsu, kita akan kehilangan kepercayaan pada segala hal.
“Jika kita menyebut audio asli sebagai palsu, katakanlah dalam konteks politik apa artinya itu bagi dunia? kita kehilangan kepercayaan pada segala hal, dan jika kita melabeli audio palsu sebagai asli, maka hal yang sama juga berlaku. Kita bisa membuat siapapun melakukan dan mengatakan apapun dan sepenuhnya memutar balikan wacana tentang kebenaran,” ujarnya.
Solusi Teknologi Bukan Solusi Terbaik
Seiring dengan kemajuan teknologi generasi deepfake dan semakin sedikitnya tanda-tanda yang dapat diandalkan manusia, metode komputasi untuk pendeteksi menjadi hal yang biasa. Namun Eksperimen yang dilakukan oleh National Public Radio (NPR) menunjukkan, bahwa solusi teknologi bukanlah solusi terbaik untuk masalah pendeteksi suara yang dihasilkan AI.
NPR mengidentifikasi tiga penyedia deteksi audio deepfake yaitu, Pindrop Security, AI or Not dan AI Voice Detector. Sebagian besar mengklaim alat mereka lebih dari 90 persen akurat, dalam membedakan antara audio asli dan audio yang dihasilkan AI. Pindrop hanya berfungsi dengan bisnis, sementara yang lain tersedia untuk digunakan individu.(liputan6.com)