Polres Kapuas Hulu Amankan 22 Penambang Ilegal di Kecamatan Boyan Tanjung

MATTANEWS.CO, KAPUAS HULU – Tim Gabungan Polres Kapuas Hulu berhasil mengamankan sebanyak 22 orang, yang diduga melakukan aktivitas pertambangan emas tanpa izin (PETI) di wilayah perairan Dusun Penemur, Desa Teluk Geruguk, Kecamatan Boyan Tanjung, Kabupaten Kapuas Hulu. Kamis (6/2/2025) lalu.

Kapolres Kapuas Hulu AKBP Hendrawan, S.I.K., M.H. menjelaskan, penindakan ini dilakukan sebagai bagian dari upaya kepolisian dalam menegakkan hukum terkait pertambangan ilegal yang berpotensi merusak lingkungan serta merugikan negara.

“Kami telah mengamankan 22 orang pelaku yang tertangkap tangan sedang melakukan aktivitas pertambangan emas tanpa izin. Seluruhnya telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Polres Kapuas Hulu,” kata Kapolres Hendrawan kepada wartawan, Selasa (11/2/2025).

Dikatakan Kapolres, pada Kamis, 6 Februari 2025, sekitar pukul 14.30 WIB, Tim Gabungan Polres Kapuas Hulu melakukan patroli di kawasan perairan Kecamatan Boyan Tanjung dan menemukan aktivitas penambangan ilegal yang telah berlangsung selama kurang lebih dua minggu.

“Dalam operasi tersebut, aparat berhasil mengamankan para tersangka beserta barang bukti berupa delapan set peralatan atau mesin tambang, kain korea, dan pendulang,” terangnya.

Lanjut Hendrawan, diketahui bahwa hasil dari aktivitas pertambangan ini berupa pasiran emas yang telah diserahkan kepada pemilik peralatan atau mesin penambangan.

“Berdasarkan kesepakatan antara para pekerja dan pemilik mesin, para penambang akan mendapatkan upah setelah bekerja selama tiga minggu dengan sistem bagi hasil,” ungkapnya.

Tak hanya itu, pihak kepolisian juga telah memasang garis polisi (police line) di lokasi kejadian serta akan segera melakukan penyitaan terhadap barang-barang yang digunakan dalam kegiatan ilegal tersebut.

Bacaan Lainnya
Pilihan Pembaca :  Sumur Minyak Ilegal Meledak, Oknum Polisi Terancam Pidana

“Identitas pemilik mesin telah diketahui, dan kepolisian akan melakukan pemanggilan serta pemeriksaan lebih lanjut,” tuturnya.

Mereka yang diamankan, lanjut Hendrawan, para tersangka berasal dari berbagai daerah di Kapuas Hulu dan beberapa wilayah lainnya, di antaranya, JN (39), Seluan, Putussibau Utara, TG (25), Seluan, Putussibau Utara, MT (23), Seluan, Putussibau Utara, AND (24), Seluan, Putussibau Utara, ALF (24), Kirin Nangka, Embaloh Hilir, SA (20), Lebangan, Kalis, Kapuas Hulu, THS (20), Seluan, Putussibau Utara, YG (23), Lebangan, Kalis, GT (24), Penemur, Boyan Tanjung, Kapuas Hulu, UDG (35), Teluk Rabin, Menukung Kota, Melawi, LO (24), Penemur, Boyan Tanjung, AGS (23), Batu Badak, Menukung, Melawi, ALD DRJ (20), Batu Onap, Menukung, Melawi, TTG (37), Kenuai, Nanga Pinoh, Melawi
LBG (26), Bika Empade, Bika, ANT (22), Sibau Hilir, Putussibau Utara,
BOG (45), Payang, Bunut Hulu, DND (21), Payang, Bunut Hulu, YNS (25), Penemur, Boyan Tanjung, PLP (51), Buntut Pimpin, Ambalau, Sintang, ALD (18), Belatung, Embaloh Hilir dan JE (31), Nanga Tubuk, Kalis.

Guna mempertanggung jawabkan perbuatannya, tambah Kapolres, para tersangka dikenakan Pasal 158 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang, dengan ancaman pidana penjara paling lama lima tahun.

Kapolres tegaskan, pihaknya akan terus melakukan patroli dan penindakan tegas terhadap aktivitas PETI di wilayah hukum Polres Kapuas Hulu, guna menjaga kelestarian lingkungan dan memastikan kegiatan pertambangan berlangsung sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Pos terkait