MATTANEWS.CO, KAPUAS HULU – Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai (KPPBC Tipe Madya Pabean C Nanga Badau) tengah giat memajukan program Pojok UMKM dan Klinik Ekspor. Program ini didesain untuk mendorong pelaku usaha ekspor, terutama UMKM di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu.
Menurut Kepala Kantor KPPBC Nanga Badau, Heri Purwanto, tim Pojok UMKM dan Klinik Ekspor Bea Cukai Nanga Badau memberikan asistensi kepada UMKM di sana.
“Kami fokus memberikan edukasi tentang prosedur kepabeanan ekspor serta koordinasi dengan instansi terkait lainnya,” ujar Heri.
Heri juga menjelaskan bahwa Kabupaten Kapuas Hulu memiliki potensi produk unggulan untuk diekspor, seperti berbagai jenis ikan air tawar dan hasil pertanian seperti lada, petai, timun, durian, dan sayuran lainnya.
Bea Cukai Nanga Badau secara konsisten mendukung UMKM di wilayah ini untuk meningkatkan kegiatan ekspor. Menurut Heri, data ekspor dari KPPBC TMP C Nanga Badau menunjukkan peningkatan signifikan, terutama melalui PLBN Badau, dengan perolehan devisa hasil ekspor tertinggi pada bulan November 2023 sebesar Rp. 709.472.500 dari total tonase 9,6 ton.
Total Devisa Hasil Ekspor (DHE) dari Januari hingga November 2023 telah mencapai Rp. 5.428.741.648 dengan total tonase 85,4 ton. Heri menekankan bahwa produk perikanan dan pertanian di wilayah ini memiliki potensi besar untuk pasar global dan mengajak masyarakat untuk memanfaatkan peluang ini.
Dia juga menyoroti bahwa program Pojok UMKM dan Klinik Ekspor KPPBC TMP C Nanga Badau telah berhasil mendorong kegiatan ekspor di Kabupaten Kapuas Hulu hingga November 2023.
“Program Pojok UMKM dan Klinik Ekspor telah menunjukkan kinerja luar biasa dalam mendorong kegiatan ekspor di wilayah kami,” ungkap Heri.
Bea Cukai Nanga Badau berkomitmen untuk terus mendukung kegiatan ekspor melalui PLBN Badau, memberikan asistensi kepada pelaku usaha ekspor, serta berkoordinasi dengan instansi terkait untuk memperluas kesempatan ekspor.
Heri menambahkan bahwa dalam asistensi terakhir pada bulan November, BC Nanga Badau mengunjungi perusahaan sawit di Badau.
“Hal itu, untuk mendorong kembali kegiatan ekspor CPO dan turunannya yang sempat terhenti selama hampir 3 tahun,” terangnya.