MATTANEWS.CO, PURWAKARTA – Meningkatkan kualitas layanan bagi pelanggan menjadi fokus utama yang akan dilakukan oleh Perumda Air Minum Gapura Tirta Rahayu atau PDAM Purwakarta.
Hal tersebut diungkapkan oleh Plt Direktur Utama Perumda Gapura Tirta Rahayu, Riana A. Wangsadiredja, dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
“Untuk mewujudkan visi tersebut, kami sedang melakukan langkah-langkah strategis di berbagai bidang. Saat ini, PDAM Purwakarta tengah memulai transformasi menjadi perusahaan air minum yang lebih modern dan efisien,” jelas Riana, Senin (30/09/2024).
Di bawah kepemimpinan Riana, PDAM Purwakarta berfokus pada pemecahan masalah terkait distribusi air, hubungan pelanggan, dan peningkatan sumber daya manusia (SDM) di dalam organisasi.
Meskipun masih terdapat keluhan dari pelanggan mengenai lamanya distribusi air, masalah ini disebabkan oleh aspek teknis.
Sebagian besar jaringan pipa yang digunakan saat ini sudah tua dan banyak yang rusak, sehingga peremajaan infrastruktur menjadi hal yang mendesak. Selain itu, faktor alam juga turut mempengaruhi.
“Saya akui, pasokan air yang diterima pelanggan belum sepenuhnya optimal. PDAM Purwakarta mengelola lima wilayah operasional, terdiri dari satu kantor pusat dan empat cabang di wilayah Purwakarta Kota, Purwakarta Utara, Wanayasa-Kiarapedes, Bojong-Darangdan, serta Plered-Tegalwaru,” terang Riana.
Setiap wilayah memiliki tantangan tersendiri dalam penyediaan air. Misalnya, di wilayah Wanayasa-Kiarapedes, masalah pasokan air disebabkan oleh kondisi lingkungan karena bergantung pada sumber dari Sungai Cihanjawar dan Cisigung.
Musim kemarau yang berkepanjangan mengakibatkan debit air menurun, yang berpengaruh pada kelancaran distribusi. Sumber air Cihanjawar juga digunakan untuk wilayah Bojong Darangdan, sehingga pengaturan pasokan dilakukan secara bergiliran.
“Untuk mengatasi hal ini, kami merencanakan pemanfaatan sumber air baru dari mata air Pemandian Kuda di Kecamatan Bojong. Saat ini, kami sedang dalam tahap perencanaan dan persiapan, serta telah melakukan studi kelayakan untuk realisasi pada tahun 2025,” ungkap Riana.
Wilayah Plered-Tegalwaru mengalami masalah serupa, di mana aliran air dari Sungai Ciwangun juga terpengaruh oleh musim kemarau. Meskipun jumlah pelanggan di wilayah ini masih kurang dari seribu, permintaan masyarakat untuk mendapatkan sambungan air cukup tinggi, karena sulitnya akses terhadap air tanah.
“Kami berupaya mencari sumber air baru di wilayah ini, yang sebenarnya masih memiliki potensi untuk berkembang,” tambahnya.
Sementara itu, pasokan air untuk Purwakarta Kota dan Purwakarta Utara berasal dari tiga sumber utama, yaitu Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sadang, IPA Ubrug Jatiluhur, dan mata air Cilembangsari serta Cigoong yang terletak di Kecamatan Bojong. Purwakarta Kota dan Purwakarta Utara merupakan wilayah dengan jumlah pelanggan tertinggi, mencapai 24 ribu.
“Di beberapa lokasi, kendala pasokan air disebabkan oleh perbedaan elevasi. Contohnya, di Kampung Bebesaran dan Gembong, yang terletak lebih tinggi,” kata Riana.
Sumber air dari Cilembangsari dan Cigoong tidak dapat memenuhi permintaan di wilayah tersebut akibat banyaknya kebocoran pada jaringan pipa yang telah berusia tua, sehingga meskipun debit air cukup, distribusi tetap tidak optimal.
Sebagian jalur pipa di Purwakarta Timur masih menggunakan pipa asbes yang belum pernah diganti sejak 1979. Jika dilakukan peremajaan, maka cakupan layanan dapat meningkat secara signifikan. “Air dari Cilembangsari dan Cigoong memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan air dari Jatiluhur,” katanya.
Sebagai langkah jangka pendek, PDAM berfokus pada perbaikan kebocoran. Untuk solusi jangka panjang, peremajaan akan dilakukan pada tahun 2025, dan persiapannya sudah hampir selesai. Riana juga mencatat adanya masalah di IPA Ubrug, di mana pipa asbes sepanjang 12 KM masih harus diperbaiki, termasuk instalasi pengolahannya.
Terdapat juga masalah pada sambungan pipa di Sasak Beusi, yang terputus sejak 2022 akibat peremajaan jembatan oleh Kementerian PUPR. Pemutusan ini mengganggu pasokan air ke wilayah kota, sehingga saat ini pasokan sangat tergantung pada sumber dari Cilembangsari-Cigoong dan IPA Sadang.
“Namun, kami bersyukur sambungan pipa di Sasak Beusi sudah diperbaiki dan saat ini dalam proses pengerjaan. Jika selesai, pasokan air ke Kota tidak akan terhambat lagi dan diperkirakan kembali normal pada Januari 2025,” ujarnya.
Selain itu, PDAM Purwakarta juga menghadapi tantangan pada pipa transmisi di Sadang, yang sebenarnya dirancang untuk mengalirkan air ke Babakancikao, bukan ke Kota. “Ketika IPA Ubrug kembali beroperasi, IPA Sadang akan fokus memenuhi kebutuhan Babakancikao, terutama di daerah Cigelam dan Perumahan Gandasari,” jelasnya.
Riana menjelaskan bahwa untuk mengatasi masalah peremajaan infrastruktur yang sudah sangat uzur, dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu, perlu ada inovasi dalam mencari solusi.
Perubahan status PDAM dari BUMD menjadi Perumda memberikan keleluasaan dalam menjalin kerjasama investasi dengan pihak swasta tanpa membebani anggaran daerah. “Kami menerapkan kerjasama dengan skema business to business (B2B),” tambah Riana.
B2B dianggap sebagai metode kerjasama yang paling efektif dan efisien. Perumda dapat berkolaborasi dengan pihak swasta untuk pengembangan infrastruktur. Langkah ini diambil karena kondisi keuangan pemerintah daerah yang terbatas.
“Skema bisnis yang kami terapkan adalah build operate transfer (BOT). Investor akan menanamkan modal untuk membangun infrastruktur baru, lalu mereka mengoperasikannya sesuai kesepakatan. Setelah masa kontrak berakhir, aset akan diserahkan kepada PDAM Purwakarta,” terangnya.
PDAM Purwakarta juga berperan dalam perluasan cakupan sambungan rumah. Menurut aturan, pihak swasta tidak diperbolehkan menjual air, sehingga penentuan tarif adalah tanggung jawab PDAM. Keuntungan bagi pihak swasta akan berasal dari pembagian hasil dari tarif.
“Kami telah menandatangani MoU dengan tiga investor, dan pada awal 2025, distribusi air di Purwakarta diharapkan berjalan lebih lancar,” sambung Riana. Perlu dicatat, PDAM Purwakarta akan menerapkan tarif baru mulai bulan September 2024 untuk pembayaran bulan Oktober 2024.
Penerapan tarif baru ini disebabkan oleh penyesuaian tarif air nasional yang diatur oleh Pemerintah Provinsi melalui Keputusan Gubernur. Setiap daerah memiliki tarif yang berbeda, tergantung dari hasil evaluasi dan kajian, dengan batas bawah dan atas yang telah ditetapkan oleh Pemprov Jabar.
“Sejak 2017, kami belum melakukan penyesuaian tarif. Padahal, Pemprov mengeluarkan keputusan tarif setiap tahun. Tarif GTR saat ini adalah Rp4.100/M3, yang akan naik menjadi Rp6.800/M3 sesuai dengan Kepgub tahun 2023,” jelas Riana.
Riana menekankan pentingnya kenaikan tarif ini untuk mencapai full cost recovery (FCR) yang diperlukan untuk menutupi biaya operasional. Tarif baru ini masih dalam jangkauan, karena Pemprov menetapkan batas maksimal belanja air bersih tidak lebih dari 5 persen dari UMK.
“Dengan UMK Purwakarta sebesar Rp 4.513.000, maka belanja untuk air diperkirakan sekitar Rp250.000 per bulan untuk konsumsi 17 M3 per kepala keluarga,” paparnya.
Dengan tarif baru, PDAM Purwakarta akan memiliki alokasi anggaran untuk mengganti meteran air yang sudah rusak.
“Transparansi dan akuntabilitas dalam pencatatan meteran menjadi hal yang sangat penting. Saat ini, pencatatan masih dilakukan secara manual,” kata Riana.
Selain sistem pencatatan manual, PDAM Purwakarta juga telah mengimplementasikan aplikasi untuk memudahkan pembayaran rekening air, termasuk melalui WhatsApp. Saat ini, PDAM tengah bertransformasi menjadi perusahaan yang lebih modern, dengan pengelolaan yang baik dan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).
Saat ini, PDAM Purwakarta memiliki 173 pegawai, di mana 90 persen di antaranya adalah generasi muda di bawah usia 44 tahun, yang siap untuk beradaptasi dan maju dalam pencapaian.
“Saya selalu mengajak pegawai untuk mengubah mental dan budaya kerja. Kami mendorong mereka untuk mengikuti pelatihan, baik formal maupun informal, serta melaksanakan studi banding,” tuturnya.
Untuk mencapai transformasi yang diinginkan, seluruh pegawai telah melalui proses asesmen. Manajemen menilai calon pegawai untuk menentukan kelayakan mereka menjadi pegawai tetap. Untuk meningkatkan kualitas layanan, manajemen harus memastikan kinerja pegawai. Kebijakan yang diterapkan adalah mengefektifkan tenaga kerja, lebih baik menggunakan tenaga kerja yang sedikit namun berkualitas. Kesejahteraan pegawai juga menjadi prioritas.
“Sebelum saya menjabat, jumlah pegawai PDAM Purwakarta mencapai 221. Kini berkurang menjadi 173 karena adanya pensiun dan pemutusan hubungan kerja akibat pelanggaran. Kami menerapkan sistem punishment and reward,” lanjutnya.
Agar PDAM Purwakarta dapat bertransformasi, ada empat aspek penting yang harus diperhatikan: keuangan, pelayanan, SDM, dan operasional. Keempat aspek ini harus saling mendukung untuk menciptakan hubungan yang saling menguntungkan antara perusahaan dan pelanggan.
“Oleh karena itu, saat saya ditunjuk sebagai Plt Dirut PDAM, kami membentuk Forum Pelanggan pada Maret 2024, sebagai sarana komunikasi antara perusahaan dan pelanggan,” ungkap Riana.
Forum ini diisi oleh perwakilan pelanggan dan ketua RW, yang berfungsi sebagai jembatan komunikasi. PDAM Purwakarta juga tengah memperbarui database pelanggan dan menyiapkan call center serta aplikasi yang dapat diakses langsung oleh pelanggan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan akses informasi dan respons terhadap pengaduan.
“Saat ini, kami telah mengumpulkan data sekitar lima ribu dari total 31 ribu pelanggan yang ada,” kata Riana.
Di tahun 2025, PDAM Purwakarta akan melakukan sensus pemutakhiran data pelanggan. Diharapkan pelanggan dapat melengkapi informasi seperti alamat, email, nomor telepon, dan titik GPS untuk mempermudah penanganan pengaduan.
Pemutakhiran data juga penting untuk klasifikasi pelanggan, sehingga mereka tidak dikenakan tarif yang tidak sesuai.
“Saya juga memberikan respon langsung terhadap pertanyaan pelanggan melalui video yang diunggah di media sosial untuk memperkuat hubungan emosional antara manajemen PDAM Purwakarta dan pelanggan,” tutup Plt Direktur Utama Perumda Gapura Tirta Rahayu, Riana A. Wangsadiredja.