Reporter: Janes (CR)
MATTANEWS.CO,PALEMBANG – Kalau selama ini kita hanya mengenal pertunjukan Wayang hanya dari pulau Jawa. Ternyata warisan budaya itu, juga ada di Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) ada warisan wayang.
Pernah menghiasai berbagai pemberitaan, Wayang Palembang, kambali dikenalkan oleh Sutradara film, Ari Ibnu Hajar, dengan film dokumenter yang ia buat bertajuk Warisan.
Tak heran, jika film itu meraih penghargaan terbaik pada Festival film dokumenter rentak barang hari.
Pria yang akrab disapa Ari bulu tersebut mengatakan, ada beberapa alasan yang kuat sehingga ia mengangkat kisah Wayang Palembang, selain merupakan kearifan lokal, ia merasa prihatin generasi muda tak mengenal kebudayaan lokalnya sendiri.
“Syuting awal dilakukan pada tahun 2019,” jelas Ari, saat pemutaran film Warisan dan diskusi film yang digagas oleh Dewan Kesenian Palembang (DKP). Di Guns Cafe Palembang. Selasa (12/1/2021).
Ari mengakui bahwa produksi filmnya itu sempat berhenti, karena pendanaan. Namun, akhirnya pada tahun 2020, ia mendapat bantuan dari Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan (Kemendikbud), berupa biaya dan merampungkan film ini.
Sedikit mengulas film tersebut, Ari bercerita bahwa di dalam film tersebut tokohnya adalah Kiagus Wirawan Rusdi, yang tak lain pewaris terakhir Dalang wayang Palembang.
Wirawan yang mulanya belajar dari peninggalan orang tua. Dan, pada tahun 2004 ia belajar dalang. Kiagus mengkonsep film warisan, dengan harapan ada generasi kedepannya.
“Suka dan duka Wirawan lalui demi tercapainya keinginannya. Sukanya ia bisa belajar keluar Palembang menggunakan pesawat. dukanya, terkadang tidak terlalu ia perhatikan,” jelas Ari.
Disisi lain, Ketua DKP Iqbal Rudianto mengutarakan untuk menunjukan komitmen serta kreasi para pelaku budaya.
“Film Warisan ini merupakan, film yang sukses mendapatkan apresiasi dari Kemendikbud,” tuturnya, pada mattanews.co
Iqbal juga mengungkapkan bahwa pelestarian Wayang Palembang, merupakan program unggulan dari Dewan Kesenian Palembang.
“Wayang Palembang merupakan warisan yang harus kita budayakan. Karena sejak abad 17, kendala saat ini adalah promosi dan generasi, namun terus kita perjuangkan,” tutupnya.