MATTANEWS.CO, PEMALANG, – Insiden menegangkan terjadi beberapa hari lalu dalam acara Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) tingkat Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang.
Insiden yang melibatkan oknum Kepala Desa (Kades) Loning, Wahyudin, dengan anggota DPRD dari Fraksi Golkar, Zahindun Al Halim, menimbulkan kesan ketegangan yang tak pantas dalam forum yang seharusnya berjalan dengan penuh etika itu.
Kejadian bermula saat Zahindun, yang merupakan anggota Komisi D DPRD, sedang menyampaikan paparan pokok pikiran (Pokir) terkait data Dinas Sosial yang dinilai tidak sinkron.
Saat itu, tanpa diduga, Kepala Desa Loning, berdiri dan memotong pembicaraan Zahindun dengan suara keras serta menyampaikan tuduhan yang membuat suasana semakin tegang.
“Kami baru saja mulai dan menyampaikan terkait data Dinas Sosial yang diduga tidak sinkron, namun tiba-tiba Oknum Kades tersebut berdiri dengan nada keras, teriak-teriak, dan menuding-nuding saya dengan nada tinggi,” ungkap Zahindun dalam konferensi pers, Selasa (4/2/2025) di Kecamatan Ampelgading.
Zahindun menilai perilaku tersebut tidak seharusnya terjadi, mengingat forum Musrenbang adalah tempat yang seharusnya dijalani dengan saling menghormati antar lembaga.
“Tidak pantas seorang kepala desa memotong pembicaraan anggota Dewan yang merupakan mitra kerja dalam acara resmi semacam ini. Jika ada hal yang belum dipahami, seharusnya bertanya dengan cara yang lebih baik,” tegas Zahindun.
Dengan nada kesal, Zahindun bahkan menyarankan kepada oknum Kades tersebut, untuk lebih banyak belajar dan bertanya, bahkan kepada istrinya yang juga merupakan anggota DPRD Kabupaten Pemalang.
“Sampaikan kepada yang bersangkutan untuk belajar dulu, jika belum paham, bertanyalah kepada istrinya yang saya dengar juga anggota DPRD Kabupaten Pemalang. Jika istrinya tidak mampu menjawab, boleh bertanya kepada saya,” ujar Zahindun dengan penuh kekesalan.
Dalam Musrenbang yang digelar beberapa hari lalu, anggota DPRD Zahindun Al Halim, menegaskan pentingnya menjunjung tinggi etika sebagai seorang pejabat.
Menanggapi insiden yang terjadi, Zahindun menjelaskan, pada saat kejadian itu, dirinya tidak mau memperpanjang masalah karena tidak ingin memberikan panggung untuk kades yang menurut dia, tengah mencari sensasi, bukan mencari solusi.
Zahindun, yang diundang oleh Camat dan merupakan bagian dari anggota DPRD lainnya, menekankan bahwa ia hadir untuk menghormati undangan serta mitra kerja dari OPD dan kepala desa yang turut hadir.
“Kami diundang oleh Pak Camat selaku anggota DPRD yang lainnya juga, sehingga saya menghormati beliau. Undangan yang hadir juga mitra-mitra dari OPD dan para Kades lainnya,” ujarnya.
Mengingat situasi yang semakin memanas, Zahindun memutuskan untuk mengakhiri paparan tersebut. “Agar situasi tetap kondusif, maka saya mengakhiri paparan tersebut karena situasi sudah tidak bagus,” tambahnya.
Ia juga menyayangkan tindakan yang dilakukan oleh oknum Kepala Desa tersebut, yang dianggapnya tidak sesuai dengan etika.
“Hampir semua teman-teman kami anggota DPRD yang lainnya pun menyayangkan kejadian yang dilakukan oleh saudara kades tersebut yang saya sendiri tidak kenal dengan yang bersangkutan,” ungkap Zahindun, menutup penjelasannya.
Ia berharap, asisten pemerintahan, dan Camat perlu melakukan pembinaan mengenai etika dan moral kepada kepala desa tersebut. “Jika apa yang dilakukan kepada kami sebagai pimpinan saja sudah seperti itu, bagaimana dia akan memperlakukan warganya?” pungkasnya.
Insiden ini menggambarkan pentingnya menjaga kerjasama yang baik antara lembaga pemerintah dan pejabat daerah demi tercapainya tujuan pembangunan yang kondusif.