#Laporkan hasil penelitiannya tentang strategi kebijakan deradikalisasi beragama di kalangan mahasiswa
Laporan Kontributor :Kemas Ari
PALEMBANG.Matta.co. Bertempat Di ruang rapat Gedung Rektorat Lt. III, rektor Universitas Islam Negeri Raden Fatah (UINRF) Palembang, Prof. Drs. H. M. Sirozi, M.A., Ph.D. bersama Wakil Dekan 1 FISIP UINRF, Dr Yenrizal, M.Si. laporkan hasil penelitiannya tentang strategi kebijakan deradikalisasi beragama di kalangan mahasiswa. Perspektif Rektor UIN di Indonesia, Jumat (26/10/18).
Prof. Sirozi, dan Dr. Yenrizal, Laporkan hasil penelitiannya kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Raden Fatah Palembang. Di review oleh 2 orang narasumber, yakni Prof. Dr. H. Suardi Asyari, M.A., P.h.D. (Guru Besar Pemikiran Pokitik Islam UIN Jambi), Dr. Ardiyan Saptawan, M.Si. (Pakar Kebijakan Publik UNSRI), dioandu oleh Dr. Tarech Rasyid selaku moderator.
Menurut Sirozi, penelitian yang berjalan selama tiga bulan ini difokuskan pada lima UIN di Indonesia seperti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Antasari, UIN Alauddin dan UIN Sultan Syarif Kasim Riau.
Masih menurut Sirozi, mengatakan penelitian ini tujuan untuk memahami dan menjelaskan ada tidaknya keterkaitan perguruan tinggi dengan radikalisme dan potensi ancamannya.
“Meski UIN fokus pada studi agama namun kasus radikalisme minim. Kemudian hasil penelitian ini sendiri akan kita ajukan untuk dijadikan jurnal baik nasional maupun internasional. Selain itu juga bisa menjadi bahan rekomendasi kebijakan bagi Kementerian Agama,” jelasnya.
Dr Yenrizal, pada Seminar Hasil Penelitian mereka dilakukakan di 5 UIN dan didukungboleh beberapa orang yangvtergabung dalam tim kerja.
Yenrizal menjelaskan, fenomena kemunculan radikalisme beragama di mahasiswa dipengaruhi beberapa faktor seperti minimnya wawasan kebangsaan, minimnya wawasan kebangsaan, pengaruh kegalauan, pengaruh sosial, politik dan kebijakan pemeritah.
Faktor lainnya, sambung dia, pembinaan internal ormawa, kurikulum dan metode pembelajaran.
“Ada proses yang menunjukkan penetrasi kepada mahasiswa seperti rekrutmen baik terbuka maupun tertutup, pendidikan dasar, pelibatan dalam aktivitas organisasi serta keterikatan pada organisasi,” ungkapnya.
Lebih jauh dia menjelaskan, kebijakan yang dibuat para pimpinan UIN tidak didasarkan pada isu radikalisme. Kebijakan yang dibuat dianggap punya korelasi tidak langsung pada munculnya radikalisme di kalangan mahasiswa dan kebijakan yang dibuat lebih pada aspek preventif, bukan tindakan yang dilakukan.
Padahal, potensi radikalisme sangat besar karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat, dinamika ormawa yang bersinggungan dengan elemen organisasi ekstra kampus. Kemudian dinamika perkembangan isu politik dan kebijakan pemerintah yang dianggap kontroversial sehingga mendorong pengetahuan dan pemahaman mahasiswa yang bervariasi serta perkembangan politik luar negeri khususnya berkaitan dengan isu negara Islam.
“Untuk itulah, butuh penguatan kurikulum yang mengarah pada isu-isu update dan outcome yang ingin dicapai mahasiswa. Tak haya itu, lewat ketegasan para rektor, seharusnya bisa menerapkan kebijakan seperti pelarangan organisasi ekstra kampus dalam bentuk apapun untuk melakukan aktivitas di dalam kampus kecuali dijadikan sebagai narasumber pada kegiatan dialog terbuka,” paparnya.