MATTANEWS.CO, SUMSEL – Komitmen Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Divisi Regional Sumatra Selatan dan Bangka Belitung untuk menyerap beras hasil keringat petani bukan sekedar isapan jempol. Terbukti saat tiga orang lelaki berpakaian sederhana mendatangi salah satu area persawahan di Desa Sri Karang Rejo, Kecamatan Lalan, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan, Sabtu (10/4).
Mereka merupakan bagian satuan kerja penyerapan beras dari Bulog Divre Sumsel Babel yang bertugas di daerah produsen utama untuk melakukan penyerapan gabah atau beras secara resmi.
Saat itu, ketiganya menyaksikan panen raya di Desa Sri Karang Rejo yang dilakukan petani secara bersamaan. Mereka mendatangi area sawah petani dan melihat hasil panen milik petani. Diketahui, desa ini merupakan salah satu sentra penyanggah produksi beras yang berada di kawasan perairan di Musi Banyuasin.
Selama beberapa tahun terakhir, petani di desa ini hanya mampu menjual hasil produksi gabah dan berasnya kepada pengepul atau pedagang besar di daerah itu saja. Sebab memang lokasi yang cukup jauh untuk dijangkau kendaraan, sebab di kawasan perairan akses yang bisa menuju ke daerah itu hanya melalui moda transportasi sungai.
Butuh waktu sekitar empat hingga lima jam untuk menuju ke lokasi dengan menggunakan speedboat dari Dermaga Pasar 16 Ilir. Padahal di desa ini ada sekitar 25.000 hektar sawah padi, dan sebagian besar penduduk desa merupakan petani. Namun di tahun ini, Bulog memastikan akan melakukan penyerapan beras di desa ini.
Dijumpai di lokasi, Kepala Bidang Pengadaan Beras Bulog Sumsel Babel, Ninik Laswati mengatakan, pihaknya telah menerjunkan satker penyerapan beras ke semua sentra penghasil beras yang ada di 17 kabupaten dan kota di Sumsel. Sejak awal Januari hingga kini, penyerapan beras dari petani terus dilakukan oleh Bulog, bahkan saat ini sudah mencapai 27.000 ton beras.
“Pengadaan beras dari petani sampai saat ini terus dilakukan, selain melalui mitra kerja, gapoktan, poktan, pengadaan beras juga dilakukan oleh satker penyerapan beras dimana jaringan-jaringan satker ini menyerap gabah dan beras sesuai HPP (harga pembelian pemerintah) dan kualitas yang ditetapkan Permendag No 24 tahun 2020,” kata Ninik Laswati.
Ninik menjelaskan, Bulog Divre Sumsel Babel menargetkan agar penyerapan beras petani pada Juni 2021 bisa mencapai 50.000 ton beras, dan di akhir tahun sesuai dengan target dari pemerintah pusat mampu menyerap sebanyak 109.000 ton beras. Sementara dalam satu harinya saat ini, Bulog mampu menyerap beras sekitar 900-1.000 kilogram ton beras petani.
“Ini memang tidak mudah, namun kita terus menggencarkan upaya penyerapan di semua daerah, dan memaksimalkan peranan satker kita untuk mengecek kualitas dari beras atau gabah milik petani agar sesuai dengan aturan yang ada,” kata dia.
Adapun HPP yang diberikan kepada petani yakni Rp5.300 untuk gabah dan Rp8.300 untuk beras. Namun syarat untuk mendapatkan HPP diantaranya, untuk gabah kering giling dengan kualitas kadar air paling tinggi 14% dan kadar hampa atau kotoran paling tinggi 3%. Sementara untuk beras dengan kualitas kadar air paling tinggi 14%, butir patah paling tinggi 20%, kadar menir paling tinggi 2%, dan derajat sosoh paling sedikit 95%.
“Jadi mekanisme penyerapan beras yang kita lakukan yakni satker melakukan pembelian, bekerjasama dengan penggilingan atau melalui UPTD di desa tersebut, mengolah gabah petani menjadi beras atau GKG sesuai ketetapan pemerintah. Kita juga membeli beras dari mitra kerja atau gapoktan, namun tetap sesuai dengan standar pemerintah. Setelah itu, barulah beras-beras ini akan masuk ke gudang-gudang penyimpanan beras milik Bulog dan didistribusikan sesuai penggunaannya,” ucap Ninik.
Beras yang sudah masuk gudang, akan langsung dilakukan pengemasan. Dan barulah dimanfaatkan sesuai dengan kepentingannya. Seperti pada bulan ramadan ini, rencananya akan ada program bantuan sosial dari pemerintah pusat yang menggunakan beras Bulog. Selain itu juga mendukung program ketersediaan pasokan stabilitas harga (KPSH) yang terus digencarkan Bulog.
Juga mendukung pemerintah daerah setempat yang bekerjasama dengan Bulog untuk program beras ASN. “Beras yang diserap, akan disalurkan dan dimanfaatkan untuk segala kegiatan ketahanan pangan di Sumsel dan daerah lainnya. Selama Covid-19 pun, kita bekerjasama dengan pemerintah dan mitra lainnya untuk pemenuhan kebutuhan beras bagi masyarakat di Sumsel. Dan sampai saat ini, program ini terus berjalan sesuai dengan permintaan,” kata dia.
Dalam kegiatan KPSH pun, Bulog memastikan beras yang dibeli oleh masyarakat sesuai dengan HET yang ada. Melalui KPSH inilah, pihaknya akan terus memaksimalkan penjualan, sehingga sirkulasi beras yang ada di gudang Bulog tetap terjaga.
“KPSH ini dilakukan setiap saat, tidak harus menunggu momen keagamaan atau hari besar. Kita melakukan KPSH ini agar tidak terjadi gejolak harga di masyarakat. KPSH ini dilakukan di pemukiman, pasar tradisional ataupun melalui Rumah Pangan Kita (RPK).
Lepas dari Harga Jatuh, Petani Bisa Sejahtera
Jalaludin (51 tahun), warga Desa Sri Karang Rejo, Musi Banyuasin merasakan kepahitan dalam usaha pertanian yang menjadi satu-satunya profesi yang dimampuinya, selama beberapa tahun kebelakang. Bagaimana tidak, harga jual gabah dari lahan sawah seluas empat hektar miliknya sangat jatuh. Pada 2018 silam, ia mampu menjual gabah sekitar Rp4.300 per kilogram.
Namun dua tahun ini, ia hanya pasrah menjual harga gabah sekitar Rp3.200-Rp3.500 per kilogram. Padahal ia menanam beras yang kualitasnya sangat baik, dan bekelas yakni beras pandan wangi.
Pria paruh baya yang memiliki 3 orang anak ini tidak dapat berbuat banyak, ia hanya dapat menelan pil pahit atas turunnya harga gabah. “Mau berteriak juga tidak bisa, kalau tidak dijual dengan harga yang ada maka hasil pertanian ini tidak ada gunanya, daripada membusuk, lebih baik dijual,” kata dia.
Diakui Udin, sapaan akrabnya, pada 2021 ini masuk tim dari Bulog Divre Sumsel Babel yang melakukan pendataan dan turun langsung untuk mengecek gabah yang dihasilkan petani desa ini. Kehadiran Bulog ini seakan memberikan angin segar kepada para petani.
“Hasil dari bumi (sawah) kami ini dalam kategori baik, karena memang kami tanam padi dengan bibit unggul. Kami juga rutin berikan pupuk selama masa tanam padi kemarin. Sehingga dengan adanya masuk Bulog ke desa kami ini, harga gabah di tingkat petani bisa terkerek,” ucapnya.
Dengan begitu, petani di desa ini akan dapat menikmati penjualan gabah dengan harga yang lebih tinggi dari masa panen sebelumnya. “Maunya seperti ini terus, modal (bertani) kembali, anak istri bisa mendapat penghidupan lebih baik. Cicilan hutang untuk sirkulasi pertanian bisa terbayar dan kami sejahtera. Tentu akhirnya kami bisa bahagia menikmati hidup walau hanya sebagai petani,” jelas Udin.
Sementara itu, Camat Lalan, Andi Suharto mengatakan, memang beberapa tahun ini petani di Desa Sri Karang Rejo ini merasa sangat tersiksa dengan harga beras dan gabah yang dijual sangat rendah. Padahal produksi beras dan gabah dari desa ini cukup besar untuk mensuplai kebutuhan pangan di Muba.
“Desa kita ini ada 25.000 hektar lahan persawahan. Ini cukup luas, dan hasil produksinya cukup melimpah untuk memenuhi kebutuhan pangan di Muba. Tapi memang keluhan dari petani disini adalah soal harga jual gabah dan beras yang sangat rendah dalam waktu beberapa waktu ini,” kata dia.
Namun setelah Bulog masuk dan membeli gabah dan beras dengan harga standar, tentu akan sangat membantu para petani. “Dengan masuknya Bulog ini tentu petani akan sangat bersyukur, mereka tidak kuatir lagi dengan gejolak harga jual gabah dan beras. Jika Bulog membeli beras dan gabah sesuai HPP tentunya para petani akan sejahtera, dan masyarakat di desa ini akan mampu mendapatkan penghasilan yang lebih baik,” jelasnya.
Sementara itu, Bupati Musi Banyuasin, Dodi Reza Alex Noerdin telah meminta kepada Bulog Sumsel Babel untuk membeli beras dan gabah petani sesuai dengan HPP yang ada sejak lama dan baru kini dapat terealisasi.
Harapannya, saat ini dan kedepan, kerjasama dengan Bulog untuk penyerapan beras dari petani di Muba dapat terus berlangsung. “Kami berharap agar pemerintah melalui Bulog untuk terus melakukan penyerapan beras dan gabah dari petani di daerah kita. Karena dengan begitu, para petani akan tertolong dan tingkat kesejahteraan petani akan meningkat,” ujarnya.
Dodi mengatakan, pada 2020 lalu, daerahnya mampu membuktikan surplus beras sebanyak 207.052 ton. Dan tahun ini, Muba bertekad untuk menjadikan daerahnya sebagai salah satu lumbung padi di Sumsel.
“Jadi walau di Muba rata-rata adalah sawah lebak, namun kami bertekad dan berencana agar masa tanam dan masa panen bisa sampai tiga kali dalam setahun. Namun semua ini tidak akan ada hasil yang optimal jika tidak dibantu oleh berbagai pihak, termasuk oleh Bulog,” jelas Dodi.
Sinergi Pemprov Sumsel Bersama Bulog
Hubungan antara Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan dengan Bulog Divre Sumsel terus berjalan baik dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat di daerah tersebut. Termasuk dalam penyerapan beras milik petani Sumsel.
Agar petani di Sumsel tetap bisa memproduksi beras dan gabah dengan riang, Herman Deru, Gubernur Sumsel telah meminta kepada pihak Bulog agar semaksimalmungkin melakukan penyerapan di 17 kabupaten dan kota di Sumsel.
“Kita sudah berkoordinasi dengan Bulog Divre Sumsel agar lebih sensitif dan aktif dalam penyerapan beras petani. Sebab, saat ini gejolak harga gabah dan beras yang turun sangat membuat petani resah. Petani panik dan berbondong-bondong menjual beras dan gabah dari hasil panen milik mereka. Apalagi sempat ada isu impor beras. Karenanya, Bulog memang harus semaksimalmungkin turun dan serap beras petani di Sumsel,” jelasnya.
Herman menjelaskan, saat ini produksi beras di Sumsel sedang meningkat. Bahkan di tahun lalu, produksi di Sumsel tercatat 2,7 juta ton GKG. “Kita berterima kasih kepada petani karena sudah memaksimalkan produksi beras di Sumsel. Tapi memang untuk bisa mengatur harga jual, harus ada strategi. Diantaranya, jadwal panen dan waktu penjualan oleh petani harus diatur,” jelasnya.
Ia menegaskan Bulog Sumsel Babel sudah menyerap beras dan gabah petani sejak Januari 2021 lalu. Menurutnya, ada banyak daerah yang sudah melakukan panen sejak awal tahun, dan Bulog sudah melakukan penyerapan lebih awal.
“Petani bahkan sudah banyak yang panen dalam skala besar. Bulog ini menyerap secara teratur, dari Januari sebenarnya sudah lakukan penyerapan. Yang kita lakukan adalah bagaimana caranya agar faktor psikologi petani yang harus dibenahi agar tidak panik,” jelasnya.
Herman mengimbau kepada Bupati dan Walikota untuk sama-sama berpihak pada petani. Ini dilakukan agar dapat membantu petani dalam kondisi konkrit, dengan mendukung Bulog agar membeli beras petani dengan layak. Pemerintah daerah juga diminta untuk bisa mengatur pola panen apalagi di daerah pertanian irigasi teknis.
“Kapan waktu panen kapan waktu tanam, harus bisa diatur. Sehingga panen secara bersamaan tidak terjadi. Karena akibatnya, akan berdampak pada harga jual ditingkat petani,” pungkasnya.