Reporter : Robby
BLITAR, Mattanews.co – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar meminta warga yang berada di pesisir pantai selatan untuk mewaspadai adanya potensi tsunami megathrust.
Untuk meningkatkan kewaspadaan warga pesisir pantai, Pemkab Blitar menggelar acara ‘Sosialisasi dan Serasehan Menghadapi Ancaman Bencana Gempa Bumi dan Tsunami’ di Kantor Desa Tambakrejo, Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar, Rabu (7/10/2020).
“Kegiatan ini untuk mengantisipasi adanya potensi tsunami dan bencana alam yang datang secara periodik sehingga harus segera disosialisasikan,” ungkap Pejabat sementara (Pjs) Bupati Blitar, Budi Santoso usai acara.
Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Satpol-PP Provinsi Jawa Timur (Jatim) ini mengatakan, bahwa potensi gempa bumi dan tsunami juga mengancam wilayah Blitar Selatan.
Untuk itu, pemerintah daerah segera menggelar sosialisasi, agar warga yang beraktifitas di pinggir pantai memiliki kewaspadaan dan tanggap terhadap adanya tanda-tanda bencana.
“Sosialisasi ini harus diadakan secepatnya baik pemerintah maupun jajaran samping, untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat apabila bencana itu terjadi,” ujarnya.
Dia mengharapkan masyarakat mengetahui ilmu dan pengetahuan cara menyelamatkan diri saat ada bencana, termasuk mengetahui jalur evakuasi dan titik kumpulnya.
Di Kabupaten Blitar ada empat kecamatan dan 12 desa yang berpotensi terdampak, apabila terjadi bencana gempa dan tsunami.
Kecamatan ini meliputi, Kecamatan Wates, Panggungrejo, Wonotirto, dan Kecamatan Bakung.
Budi juga meminta untuk menambah jumlah alat Early Warning System (EWS) yang ada.
Saat ini di Kabupaten Blitar baru, ada dua alat EWS yang berada di Pantai Tambakrejo dan Pantai Jolosutro, Kecamatan Wates.
Kepala BPBD Kabupaten Blitar, Achamd Cholik menjelaskan, bahwa berdasarkan penelitian baik ITB dan BMKG bahwa Adi pulau Jawa berpotensi terjadi bencana tsunami megathrust.
Apabila terjadi patahan lempeng samudera yang terdorong naik, dapat mengakibatkan naiknya air laut mulai 12 m hingga 20 meter.
Berdasarkan penelitian ini, di Provinsi Jatim berpotensi 12 hingga 15 meter, sedangkan di Jawa Barat (Jabar) dapat mencapai 20 meter.
“EWS sudah diperiksa dan dipastikan dapat berfungsi dengan baik,” ucapnya.
Ia meminta warga untuk menjaga dan merawat alat ini, karena sebagai tanda apabila terjadi bencana tsunami.
Ia juga berharap, warga yang bermukim di pinggir pantai sudah dapat mengetahui tanda-tanda tsunami saat terjadi gempa. Seperti surutnya air laut atupun diawali dengan gempa.
Warga diminta untuk cepat menyelamatkan diri mulai dari diri sendiri, menyelamatkan keluarga, menyelamatkan orang lain, dan terakhir menyelamatkan lingkungan.
Untuk lokasi titik kumpul juga sudah ditentukan yang terletak di ketinggian sehingga seperti di pesanggrahan yang ada di Desa Tambakrejo.(ADV)
Editor : Nefri